Nasabah melakukan transaksi di counter kantor cabang Bank BCA, Gandaria City, Jakarta, Kamis, 16 Desember 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Korporasi

Menimbang Asa Bank BCA Milik Grup Djarum Hadapi Tahun Macan Air

  • Bank BCA memiliki Loan to Deposits Ratio (LDR) sebesar 65% dan Current Account Saving Account (CASA) terdiri dari 78,6% dari total simpanan.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk (Bank BCA) optimistis dengan prospek kinerja sepanjang tahun 2022, seiring dengan membaiknya kegiatan ekonomi yang akan memacu permintaan pinjaman, dan tercermin dari perbaikan mobilitas serta kenaikan harga komoditas.

Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Handiman Soetoyo meyakini emiten perbankan akan terus berkembang di tengah potensi kenaikan suku bunga. Perseroan sendiri memiliki Loan to Deposits Ratio (LDR) sebesar 65% dan Current Account Saving Account (CASA) terdiri dari 78,6% dari total simpanan.

Ini menunjukan adanya ekses likuiditas dari emiten berkode saham BBCA tersebut. Sehingga, ia mempertahankan perkiraan pertumbuhan pinjaman perseroan sebesar 12% pada 2022, lebih tinggi dari panduan BBCA yang berada pada level 8%.

Optimisme ini didorong oleh semua segmen dari korporasi, seperti sektor infrastruktur, komoditas, dan telekomunikasi, komersial, hingga segmen konsumer. Perlu dicatat bahwa segmen konsumer, KPR telah melampaui tingkat prapandemi di Rp97,5 triliun berbanding Rp93,7 triliun pada 2019.

Lebih lanjut, Handiman menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM) BBCA akan tetap stabil atau sedikit membaik dengan biaya yang relatif stabil. Sementara, perubahan imbal hasil pinjaman akan tetap diredam dengan suku bunga acuan yang stabil dalam satu tahun terakhir.

“Panduan agresif pemotongan Cost of Credit (CoC) atau biaya kredit pada tahun 2022 menjadi 0,8 – 1 persen dari tahun 2021 sebesar 1,6 persen juga merupakan katalis utama untuk pendapatan tahun ini,” ujarnya melalui riset yang diterima Senin, 31 Januari 2022.

Seperti diketahui, BBCA berhasil membukukan rekor laba bersih, yakni sebesar Rp31,4 triliun sepanjang tahun 2021. Nilai ini naik 15,8% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.

Hal ini didukung oleh strategi untuk menempatkan kelebihan likuiditas di Bank Indonesia (BI) dan obligasi pemerintah untuk mengompensasi penurunan hasil pinjaman sepanjang tahun 2021. 

Sedangkan, beban provisi juga menurun secara signifikan sebesar 19,6% yoy. Secara keseluruhan, laba bersih BBCA ditutup di atas ekspektasi Mirae dan konsensus masing-masing di level 105,0% dan 102,1%.

“Kami menyempurnakan perkiraan kami untuk memasukkan pertumbuhan pinjaman yang lebih tinggi, dan biaya provisi yang lebih rendah. Oleh karena itu, kami meningkatkan target harga menjadi Rp8.375 dari sebelumnya Rp8.425),” papar dia.