Menimbang Berkah dan Ujian Industri Nikel RI
- Industri nikel di Indonesia diyakini memiliki prospek yang cerah, menyusul proyeksi kenaikan harga nikel global yang disebabkan oleh lambatnya pemulihan ekonomi China, sebagai produsen utama nikel dunia.
Energi
JAKARTA – Industri nikel di Indonesia diyakini memiliki prospek yang cerah, menyusul proyeksi kenaikan harga nikel global yang disebabkan oleh lambatnya pemulihan ekonomi China, sebagai produsen utama nikel dunia.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mengatakan, nikel memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan ekspor Indonesia. Saat ini, sebagian besar nikel yang diproduksi di Indonesia tergolong nikel kelas 2, antara lain NPI dan FeNi.
Dia memproyeksikan bahwa Indonesia akan memproduksi 21 juta ton FeNi pada tahun mendatang. Selain itu, gelombang smelter nikel kelas 1 JV Indonesia-China diyakini akan semakin dekat.
- Rp4.300 T Duit Nasabah Bank Ngumpul di Jakarta
- Samsung Kenalkan Monitor Nirkabel Baru yang Bisa Terhubung Menggunakan Pin Pogo
- Tak Hanya Jalin Relasi, Linked In Mulai Dipakai Untuk Cari Pacar
“Dinamika ini dapat menyebabkan lonjakan pasokan nikel kelas 1 mulai tahun ini,” ujarnya melalui riset yang dirilis Senin, 8 Januari 2024. Di tengah surplus produksi nikel Indonesia dan lambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok pada tahun 2024, dia memperkirakan harga nikel London Metal Exchange (LME) rata-rata akan berkisar antara US$15.000 – US$18.000 per ton.
Prospek dan Tantangan
Rizkia menilai, sinyal positif industri nikel Indonesia didukung oleh prospek permintaan ke depan dari ekspektasi pertumbuhan baterai kendaraan listrik, dan meningkatnya permintaan kendaraan listrik global. “Kami memperkirakan ini akan tumbuh sebesar lebih dari 40 persen CAGR dari tahun 2022 hingga 2023,” paparnya.
- Perdagangan Pertama Tahun Ini, Saham EMTK hingga SCMA Layak Dicermati
- Jurus Rizal Ramli Tekan Utang Luar Negeri Indonesia di Era Gus Dur
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 03 Januari 2024 untuk Wilayah DKI Jakarta
Kendati begitu, dirinya mewaspadai adanya peralihan yang sedang berlangsung dalam industri baterai electric vehicle (EV) ke baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) yang disebut-sebut lebih unggul dari Ternary lithium-ion (NMC) yang saat ini banyak di pasaran.
“Oleh karena itu, potensi hilirisasi nikel di Indonesia masih bergantung pada perkembangan ekosistem baterai kendaraan listrik dalam negeri dan permintaan baterai kendaraan listrik berbasis nikel di masa depan,” pungkasnya.