Model barel minyak terlihat di depan grafik kenaikan stok pada ilustrasi (Reuters/Dado Ruvic)
Nasional

Menimbang Untung Rugi RI Beli Minyak Rusia

  • India mengadopsi strategi pragmatis dalam menyikapi tekanan Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina. Salah satu langkah yang dilakukan adalah membeli minyak mentah diskon dari Rusia, yang kemudian diolah dan dijual kembali ke pasar global, termasuk menjadi pemasok utama Eropa. Kebijakan ini berhasil mengubah aliran bahan bakar global dan memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Dirjen Migas Kementerian ESDM, Achmad Muchtasyar, akan mempelajari regulasi perdagangan internasional terkait rencana pembelian minyak dari Rusia. Langkah ini dilakukan untuk memastikan kepatuhan pada aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan regulasi global lainnya. Harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh kondisi geopolitik, termasuk kemungkinan fluktuasi harga minyak Rusia yang saat ini relatif murah. Situasi ini menjadi pertimbangan penting dalam rencana pembelian minyak tersebut.

"Nanti kita lihat regulasi perdagangan internasionalnya. Bagaimanapu kita tidak (ingin) melanggar WTO dan tidak melanggar peraturan-peraturan yang berlaku di dunia internasional," jelas Achmad dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Jumat 17 Januari 2024.

Indonesia baru-baru ini bergabung dengan BRICS, blok ekonomi yang mewakili 40% populasi dunia. Inisiatif ini dianggap sebagai bagian dari manfaat keanggotaan Indonesia dalam BRICS, yang memungkinkan diversifikasi sumber minyak. 

Di sisi lain, pemerintah juga mempertimbangkan manfaat bergabung dengan OECD, yang fokus pada kebijakan pembangunan strategis. Keanggotaan dalam kedua organisasi ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pembangunan Indonesia.

"Ini masalah geopolitik, komoditas ini terpengaruh sekali sama geopolitik. Bisa jadi hari ini (minyak) Rusia murah, kemudian yang tadi harganya mahal jadi murah juga tergantung geopolitik. Tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan kondisi itu," tambah Achmad.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mendukung rencana pembelian minyak dari Rusia. Langkah pembelian minyak Rusia sejalan dengan politik bebas aktif Indonesia. Pendekatan ini mendukung pengambilan keputusan yang menguntungkan negara, tanpa terikat pada kepentingan blok politik tertentu.

Saat ini, Indonesia mengimpor minyak dari Timur Tengah. Namun, menurut Bahlil ada kemungkinan bahwa sebagian minyak tersebut berasal dari Rusia, menegaskan perlunya diversifikasi sumber impor.

Risiko Dimusuhi Negara Barat

Meskipun rencana pembelian minyak dari Rusia menawarkan potensi manfaat seperti harga yang lebih murah dan diversifikasi sumber energi, langkah ini juga membawa sejumlah risiko yang perlu dipertimbangkan. Salah satu risiko utama adalah potensi pelanggaran sanksi internasional yang dikenakan pada Rusia oleh negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa. 

Pelanggaran ini dapat berdampak pada hubungan diplomatik dan ekonomi Indonesia dengan negara-negara tersebut, yang merupakan mitra dagang utama. Selain itu, pembelian minyak dari Rusia dapat memicu ketegangan geopolitik, terutama di tengah konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, sehingga Indonesia berpotensi menghadapi tekanan diplomatik yang signifikan.

Selain itu, ketergantungan terhadap minyak Rusia yang dapat menciptakan kerentanan jika pasokan terganggu akibat perubahan situasi politik atau sanksi lebih lanjut. Ketergantungan ini juga dapat memengaruhi stabilitas energi nasional jika tidak diimbangi dengan diversifikasi sumber energi yang memadai. Meskipun harga minyak Rusia saat ini lebih murah, fluktuasi harga di masa depan yang dipengaruhi oleh dinamika geopolitik dapat merugikan Indonesia dalam jangka panjang.

Belajar Pragmatis dari India

India mengadopsi strategi pragmatis dalam menyikapi tekanan Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina. Sebagai konsumen minyak terbesar ketiga di dunia yang mengimpor 85% kebutuhan minyaknya, India memilih memperkuat hubungan dagang dengan Rusia untuk mengurangi inflasi domestik dan menekan biaya. 

Salah satu langkah yang dilakukan adalah membeli minyak mentah diskon dari Rusia, yang kemudian diolah dan dijual kembali ke pasar global, termasuk menjadi pemasok utama Eropa. Kebijakan ini berhasil mengubah aliran bahan bakar global dan memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan. 

Pada Maret 2023, impor minyak dari Rusia mencapai 1,62 juta barel per hari atau 40% dari total impor minyak India, meningkat tajam dibandingkan sebelum perang. Selain itu, kemitraan dengan perusahaan energi Rusia, Rosneft, diperkuat melalui kesepakatan untuk meningkatkan pasokan minyak. 

Dalam 10 bulan pertama perang, India menghemat hingga US$ 3,6 miliar atau sekitar Rp58,68 triliun (kurs Rp16.300) melalui pembelian minyak Ural dengan harga jauh di bawah batas US$ 60 atau sekitar Rp978.000 per barel yang ditetapkan oleh G7. Strategi ini tidak hanya mendukung stabilitas ekonomi India tetapi juga memperkuat posisinya dalam dinamika geopolitik energi global.