Nampak sejumlah karyawan pabrik usai jam kerja di kawasan PT Panarub Kota Tangerang. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Nasional

Menkes: Syarat RI Jadi Negara Maju Gaji Minimal Rp15 Juta per Bulan

  • Perbedaan warga negara yang rata-rata pendapatan Rp15 juta dengan rata-rata pendapatan Rp5 juta dipengaruhi infrastruktur dan sumber daya yang baik.

Nasional

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan untuk menjadi negara maju salah satu tugas berat adalah menaikkan pendapatan penduduk dua kali lipat lebih.

“Negara maju itu definisi World Bank jelas pendapatan per kapita, Gross National Income (GNI) nya mesti 13 ribu (dolar AS). Indonesia sekarang 4.800. Jadi, mesti naik 2,5 kali atau kalau dolarnya susah, pencapaian rupiah harus pendapatan rata-rata Indonesia Rp15 juta sebulan. Sekarang masih Rp5 jutaan,” kata Budi di pembukaan Rakernaskes Kemenkes di ICE BSD, Tangerang, pada Rabu, 24 April 2024.

Ia berharap, bonus demografi yang diprediksi terjadi pada 2045 harus dilengkapi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Menurut Budi  perbedaan warga negara yang rata-rata pendapatan Rp15 juta dengan rata-rata pendapatan Rp5 juta dipengaruhi infrastruktur dan sumber daya yang baik.

 Dia juga mengaku  pernah bertanya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai target untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Selain itu menjelaskan kepada Jokowi tentang kriteria negara maju menurut Bank Dunia.

“Yang penting, Pak, orangnya mesti sehat dan pintar. Kalau orangnya enggak sehat, enggak pintar, enggak mungkin gajinya Rp15 juta. Pasti gajinya cuma Rp1 juta, Rp2 juta dan saya bilang ke Bapak Presiden, ‘Pak Presiden, sehatnya mesti duluan daripada pintar’,” ungkap Budi. 

Bergurau ke Nadiem

Hal itu juga sempat diungkapkan ke Mendikbudristek Nadiem Makarim. Budi sempat bergurau ke Nadiem bahwa kesehatan warga adalah yang paling utama.

“Karena apa? Pak Nadiem ngurusin pendidikan usia 4-5 tahun. Kalau Menkes ngurusin sebelum dia lahir 9 bulan, kita sudah urusin jadi minus 9 bulan pun kita sudah urus. Jadi kita mesti duluan memang. Maksudnya anggarannya juga mesti duluan,” ujarnya dan disambut tepukan tangan tamu yang hadir.

Maka dari itu, Budi mengungkapkan pentingnya memastikan masyarakat Indonesia tetap sehat.

“Karena dari dulu fokusnya kita banyak urusin mengobati orang sakit. Spesialisnya kurang, alkesnya kurang, rumah sakitnya kurang padahal jauh lebih penting menjaga masyarakat sehat. Kader posyandu diurusin, posyandunya bagus, puskesmas juga lengkap, alat-alatnya ada. Itu kurang mendapat perhatian karena kurang seksi, lebih seksi yang mengobati orang sakit,” pungkasnya.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Jokowi menyoroti persoalan stunting yang juga menjadi tantangan lantaran belum mudah diatasi meski kasusnya relatif menurun signifikan dibandingkan 10 tahun terakhir.

“Dari 37,6% turun kemarin akhir tahun di 21,5%, tahun ini targetnya 14%, tapi saya hitung-hitung juga ternyata nggak mudah,” papar Jokowi.

“Karena ini pekerjaan yang harus terintegrasi,” lanjutnya.

Kematian ibu dan anak menurutnya juga masih relatif tinggi, belum lagi beban kasus penyakit tidak menular (PTM) dengan kematian terbanyak. Seperti halnya stroke, ada sekitar 330 ribu kematian akibat stroke setiap tahun.

“Kemudian juga jantung, kira-kira 300 ribu kematian akibat penyakit jantung di negara kita. Yang ketiga kanker, inilah pekerjaan yang perlu dibereskan,” pungkasnya.