Menko Luhut: Indonesia Sangat Siap untuk Kembangkan Ekosistem Karbon Biru
- Meningkatnya minat terhadap karbon biru juga merupakan solusi untuk perubahan iklim serta meningkatkan ekosistem laut dan keanekaragaman hayati laut dalam konservasi laut.
Nasional
JAKARTA - Presidensi G20 2022 merupakan momentum yang sangat penting bagi Indonesia. Terutama dalam meningkatkan penerapan ekonomi sirkular, dan mengurangi penggunaan sumber daya tak terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan mendorong pertumbuhan ekonomi baru.
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, meningkatnya minat terhadap karbon biru juga merupakan solusi untuk perubahan iklim serta meningkatkan ekosistem laut dan keanekaragaman hayati laut dalam konservasi laut.
“Indonesia sangat siap untuk mengembangkan ekosistem karbon biru melalui investasi komprehensif dalam konservasi ekosistem pesisir dan keanekaragaman hayati dengan kemitraan yang efektif dari semua pemangku kepentingan dan mekanisme keuangan campuran,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin, 14 November 2022.
- Tanggal Gajian Masih Lama, Begini Cara Mudah Mencegah Kebiasaan Pembelian Impulsif
- Pemerintah Usulkan RI Miliki Bank Emas, Apa itu?
- Meski Harganya Murah, Jangan Tergiur Beli 6 Barang Ini dalam Kondisi Bekas
Dirinya menjabarkan dalam hal pengelolaan hutan memiliki keterkaitan erat dengan mata pencaharian, ketahanan pangan, lingkungan yang berkelanjutan, dan perubahan iklim di Indonesia.
Indonesia, Brasil, dan Republik Demokratik Kongo yang memiliki hutan tropis dan lahan basah yang khas, termasuk lahan gambut dan bakau memiliki kepentingan bersama untuk berkolaborasi meningkatkan nilai dari hutan tropis. Serta, untuk memastikan bahwa hutan tropis ini terus memberi manfaat bagi iklim dan manusia.
“Perwakilan dari Indonesia, Brasil, dan RDK telah mengumumkan kerja sama hutan tropis dan aksi iklim dalam side event COP27 Mesir pada 7 November 2022, dan sepakat untuk menandatangani Pernyataan Bersama hari ini,” tambah Luhut.
Selain itu, dalam rangka mempercepat Transisi Energi, Indonesia telah mengesahkan Peraturan Presiden tentang Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang menciptakan kerangka kerja yang luas untuk transisi energi bersih dan menyerukan penyusunan roadmap yang terperinci dan pedoman pelaksanaan untuk mempercepat peralihan dari batubara ke energi bersih.
Indonesia saat ini sedang menyelesaikan negosiasi kerjasama dengan International Partners Group yang dipimpin oleh AS-Jepang untuk program Just Energy Transition Partnership (JETP).
"Selain itu, Indonesia siap untuk menerapkan program JETP menuju phase down termasuk penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara dengan pengurangan gas rumah kaca yang signifikan untuk target NDC kami yang lebih," ujar Luhut.
Menyambut hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, saat ini Indonesia sedang mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara, dan mulai beralih dengan menggunakan tenaga gas alam, energi matahari, panas bumi dan air. Selain itu Indonesia memiliki sumber daya mineral yang dapat diolah untuk mendapatkan nilai yang lebih tinggi dan dapat membuka peluang kerja baru.
“Saya mengapresiasi penandatanganan kerja sama di bidang kehutanan antara Indonesia, Brasil dan RDK, dan kami berharap kedepannya juga dapat terjalin kerja sama dalam pengolahan mineral,” ujar Menteri Arifin.