Menperin: Hilirisasi di Era Jokowi Makin Optimal
JAKARTA – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan program hilirisasi industri makin optimal pada pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin. Pasalnya, hilirisasi merupakan bagian dari lima program prioritas lima tahun yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi dari sumber daya alam (SDA) menjadi industri bernilai tambah. “Sesuai arahan […]
Industri
JAKARTA – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan program hilirisasi industri makin optimal pada pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Pasalnya, hilirisasi merupakan bagian dari lima program prioritas lima tahun yakni pengembangan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, dan transformasi ekonomi dari sumber daya alam (SDA) menjadi industri bernilai tambah.
“Sesuai arahan Bapak Presiden, kami tetap fokus dengan sejumlah program prioritas, antara lain melaksanakan kebijakan hilirisasi, pendidikan dan pelatihan vokasi, serta memacu sektor industri kecil menengah (IKM),” kata Agus dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin, 26 Oktober 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sebagaimana diketahui, hilirisasi industri memiliki sejumlah implikasi positif bagi perekonomian nasional. Seperti misalnya penerimaan devisa dari ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
Melalui hilirisasi, peningkatan nilai tambah bahan baku dalam negeri dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan lebih banyak orang. Selain itu, hilirisasi industri dinilai dapat menjaga kekuatan perekonomian nasional agar tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi harga komoditas.
“Oleh karena itu, sektor industri pengolahan harus dipacu untuk mengolah sumber daya alam kita untuk dibuat sebagai barang setengah jadi hingga produk jadi,” tambah Agus.
Hilirisasi Dongkrak Harga
Sebagai contoh, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, yang sudah berhasil melakukan hilirisasi terhadap nickel ore menjadi stainless steel. Dulu, harga nickel ore hanya dipatok sekitar US$40-US$60, sedangkan ketika sudah menjadi stainless steel harganya bisa di atas US$2.000.
Selain itu, Kawasan Industri Morowali kini sudah mampu menembus nilai ekspornya sebesar US$4 miliar, baik itu pengapalan produk hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China. Investasinya juga tumbuh menjadi lebih dari US$5 miliar dengan tenaga kerja melampaui 30.000 orang.
Lompatan kemajuan lainnya pada penerapan hilirisasi industri, yakni ekspor dari olahan sawit yang didominasi produk hilir cenderung meningkat dalam kurun lima tahun terakhir. Rasio volume ekspor bahan baku dan produk hilir kini sebesar 19% banding 81%.
“Ekspor minyak sawit dan produk turunannya telah menyumbang devisa negara hingga US$22 miliar per tahun.”
Dengan hasil yang positif, Agus menambahkan akselarasi hilirisasi industri perlu ditopang dengan penerapan industri 4.0. Tujuannya tak lain tak bukan untuk menggenjot produktivitasnya secara lebih efisien. (SKO)