Menperin Ungkap HGBT dan Impor Ilegal Tak Optimal, Ganggu Industri Manufaktur
- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebut ada dua biang kerok yang membuat industri tertekan khususnya manufaktur. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menilai dua program tersebut tak berjalan optimal.
Energi
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebut ada dua biang kerok yang membuat industri tertekan khususnya manufaktur. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menilai dua program tersebut tak berjalan optimal.
Program yang dimasud Agus ialah kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) yang disebut menekan industri manufaktur nasional. Kedua masih masuknya produk dari impor ilegal yang menciptakan peluang yang hilang untuk industri manufaktur.
"Kalau dua program itu saja berjalan dengan baik, saya kira Purchasing Managers Index (PMI) dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) akan konsisten di atas 55 poin,"katanya saat ditemui di Kementerian Perindustrian pada Kamis, 1 Februari 2024.
- Berhasil Buka 7000 Gerai di China, Starbuck Targetkan 9000 Gerai di Tahun 2025
- Dorong Pertumbuhan Ekonomi, ASEAN dan China Perkuat Perjanjian Pedagangan Bebas
- Menperin Sebut Serapan Anggaran 2023 Buruk, Subsidi Motor Listrik Minim Jadi Biang Kerok
- Target Bauran Energi Turun, Pengamat: Komitmen Lemah dan Sarat Kepentingan
Oleh karena itu, Menperin menyayangkan dua program yang tidak berjalan optimal. Terkait HBGT disebutkan masih banyak industri yang membeli gas bumi dengan harga di atas ambang batas, yakni US$6 per MMBTU.
HGBT maksimal US$6 per MMBTU dan itu telah diatur Peraturan Menteri ESDM 15/2022, dan petunjuk pelaksanaannya dalam Keputusan Menteri ESDM 91/2023. Berdasarkan Permen ESDM, kebijakan HGBT berlaku untuk 7 jenis industri, yakni pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
Sedangkan untuk masalah maraknya peredaran barang impor di pasar dan platform digital (e-Commerce) saat ini, membuat Agus fokus pada pengetatan impor komoditas tertentu seperti pakaian jadi, mainan anak, elektronik, alas kaki, kosmetik, barang tekstil sudah jadi lainnya, obat tradisional, dan suplemen kesehatan, serta produk tas.
Sebelumnya, Pada Januari 2024, IKI berada di level 52,35 atau naik 1,03 poin dibandingkan posisi Desember 2023. Sementara PMI Manufaktur Indonesia berada di level 52,9 dan berada di zona ekspansif selama 29 bulan berturut-turut.
Menperin bahkan menargetkan kinerja IKI ataupun PMI Manufaktur bisa mencapai level 55 poin jika dua program tersebut dieksekusi dengan baik.