Menteri ESDM Beberkan Alasan Hengkangnya Perusahaan AS dalam Proyek Pengganti LPG
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif turut mengomentari terkait hengkangnya perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Air Products dari proyek hilirisasi batu bara.
Nasional
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengomentari terkait hengkangnya perusahaan asal Amerika Serikat (AS) Air Products dari proyek hilirisasi batu bara.
Arifin mengatakan, hengkangnya Air Product dari proyek hilirisasi ini karena mereka merasa bisnis di AS lebih menarik. Adapun Air Products memilih hengkang dari proyek hilirisasi baik yang bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk, maupun dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
"Air Products kemarin karena dia tuh merasa di Amerika lebih menarik bisnisnya, dia ke sana. Di Amerika dengan adanya subsidi untuk energi baru terbarukan jadi ada proyek yang lebih menarik lah, hidrogen. Amerika lagi mendorong pemakaian itu," kata Arifin di Kementerian ESDM, pada Jumat,17 Maret 2023.
- 4 Tips Nonton Konser Anti Boncos, Hindari Pinjol
- Akhirnya, Kripto Bitcoin Tembus Level Resistance US$25.275 di Tengah Sentimen Credit Suisse
- Laba Bersih Bumi Serpong Damai (BSDE) Membumbung 80,42 Persen jadi Rp2,43 triliun pada 2022
- Kian Berani, Polandia Pastikan Kirim MiG-29 ke Ukraina
Arifin menambahkan lebih lanjut, subsidi yang ditawarkan AS lebih menarik dari yang lain. Hal itu membuat para investor tertarik. Namun meski begitu Menteri ESDM ini mengatakan, proyek hilirisasi batu bara, khususnya dimethyl ether (DME) harus tetap jalan.
Apalagi sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan gasifikasi batu bara (Dimethyl Ether/DME) sebagai energi alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG), untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat.
Bahkan sebelumnya, Arifin menargetkan proyek DME bisa beroperasi mulai kuartal IV-2027. Gasifikasi DME ini bisa memproduksi hingga 1,4 juta ton per tahun, dengan inputan batu bara 6 juta ton per tahun.