Menteri ESDM Beberkan Strategi Jangka Panjang Konservasi Energi
Pemerintah tengah membuat strategi jangka panjang dalam rangka percepatan pengembangan konservasi energi di Indonesia.
Industri
JAKARTA – Pemerintah tengah membuat strategi jangka panjang dalam rangka percepatan pengembangan konservasi energi di Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut, upaya ini dilakukan untuk memastikan pasokan dan permintaan energi yang andal dan terjangkau.
Nantinya, ia akan menerapkan dekarbonisasi, terutama dalam hal bahan bakar yang bersumber Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Ke depan akan memakai sumber EBT, seperti solar pv, angin, panas bumi, hidro, laut, nuklir dan sistem penyimpanan energi baterai,” ungkapnya dalam sebuah webminar, awal pekan ini.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
Selain itu, konservasi pembangkit listrik tenaga fosil ke EBT serta interkoneksi transmisi dan pengembangan listrik smart grid juga akan diterapkan.
Implementasi di Sektor Transportasi dan Industri
Untuk sektor transportasi, Arifin menyebut implementasinya melalui Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KLBB) pada 2040, manajemen energi, peralihan penggunaan kendaraan massal, seperti MRT, LRT dan penggunaan biofuel.
Kemudian, di sektor industri, manajemen industri dan eknologi tinggi dengan penerapan manajemen energi.
Seperti diketahui, melalui Paris Agreement, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% dengan usaha sendiri, dan 41% dengan bantuan internasional pada 2030.
Presiden Joko Widodo pun menyatakan dalam pertemuan The Leaders Summit April lalu, Indonesia berkomitmen terhadap green development dengan meningkatkan investasi transisi energi, pengembangan biofuel, indutri baterai lithium, dan EV.
Di sektor energi, pengurangan emisi yang ditargetkan sebesar 314-398 juta ton CO2 pada 2030 dan target efisiensi energi 30%.
Adapun sepanjang tahun lalu, Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia mencapai 64,4 juta ton CO2, dengan kontribusi yang berasal dari EBT, efisiensi energi, dan bahan bakar rendah karbon. (RCS)