Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Jajaran dalam RDP DPR Komisi 7
Nasional

Menteri ESDM Pastikan Ekspor Bauksit Tetap Disetop per Juni 2023, Imbas Progres Smelter Lambat

  • Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, ekspor komoditas bijih bauksit tetap disetop per Juni 2023. Hal ini disebabkan oleh progres pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) yang lambat.

Nasional

Debrinata Rizky

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, ekspor komoditas bijih bauksit tetap disetop per Juni 2023. Hal ini disebabkan oleh  progres pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) yang  lambat.

Arifin mengungkapkan dari rencana pembangunan 12 smelter bauksit di Indonesia, baru ada 4 smelter di antaranya sudah beroperasi. Sementara 8 smelter masih dalam tahap pembangunan.

"Namun berdasarkan peninjauan di lapangan terdapat perbedaan yang sangat signifikan dengan hasil verifikator independen," Kata Arifin dalam RDP dengan Komisi VII pada Rabu, 24 Mei 2023.

Adapun keempat smelter yang telah beroperasi yakni PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (Ekspansi). Sedangkan dari 8 smelter yang harus dibangun,  7 lokasi diantaranya masih berupa tanah kosong. Hal ini tidak sesuai dengan verifikasi yang menyatakan beberapa smelter sudah berprogres di atas 50%.

Sebelumnya, Berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No 89 Tahun 2023, pemerintah resmi memberikan relaksasi ekspor untuk perusahaan dengan progres pembangunan smelter di atas 50% per Januari 2023. Arifin pun menetapkan lima perusahaan, yaitu PT Freeport Indonesia,  PT Amman Mineral Industri untuk komoditas tembaga, PT Sebuku Iron Lateritic Ores untuk komoditas besi, PT Kapuas Prima Coal untuk komoditas timbal, dan PT Kobar Lamandau Mineral untuk komoditas seng.

Berikut 8 smelter bauksit yang masih dalam tahap pembangunan:
PT Quality Sukses Sejahtera: 65,65%
PT Dinamika Sejahtera Mandiri: 58,55%
PT Parenggean Makmur Sejahtera: 58,13%
PT Persada Pratama Cemerlang: 52,62%
PT Sumber Bumi Marau: 50,05%
PT Kalbar Bumi Perkasa: 37,25%
PT Laman Mining: 32,39%
PT Borneo Alumina Indonesia: 23,67%