Menteri ESDM Sebut Negosiasi Shell di Blok Masela Telah Temukan Titik Temu
- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut proses alihkelola Blok abadi Masela atau Blok Masela telah menemukan titik temu. Diharapkan mampu selesai akhir bulan ini.
Nasional
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut proses alihkelola Blok abadi Masela atau Blok Masela telah menemukan titik temu. Diharapkan proses alihkelola bisa selesai akhir bulan ini.
Arifin menyebut, kemajuan negosiasi pelepasan hak partisipasi atau participating interest (PI) Blok Masela dari Shell sudah masuk dalam perjanjian jual alih saham. Sehingga Pertamina bisa menggantikan Shell untu mengambil alih blok tersebut.
"Insyaallah buat blok masela akhir bulan ini akan kita diselesaikan perjanjian jual alih saham dan sudah ada titik temu. nanti memang pertamina konsorsum yang akan take over," katanya dalam Raker dengan Komisi VII di Gedung DPR RI pada Senin, 5 Juni 2023.
- Perkuat Ekonomi Karawang, APLN Luncurkan Parkland Podomoro Karawang
- Investasi Jumbo Pabrik Baterai Senilai Rp135 Triliun di Bantaeng, Para Konsorsium Belum berkomentar
- Mantapkan Posisi sebagai Bank Digital, MotionBanking Milik MNC Ubah Nama jadi MotionBank
Senada dengan Arifin, Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, hasil negosiasi berjalan bagus sehingga nantinya Menteri ESDM yang akan mengumumkan proses selanjutnya.
Namun saat ditanya, berapa besaran nilai akuisisi Blok Masela, Tutuka enggan menjawabnya. Intinya Shell sudah menemukan kesepakatan dengan pemerintah.
"Masela dengan Shell itu sudah ada titik temulah, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa disampaikan. Pokonya hasilnya sudah bagus, nanti kita tunggu," katanya saat ditemui seusai Raker di Gedung DPR RI.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kembali mengungkapkan rasa kekecewaannya akan proses akusisi hak atau participating interest (PI) 35% Blok Masela oleh Shell kepada PT Pertamina (Persero) yang terbilang lambat.
Menurutnya, lambatnya proses ini akan mengganggu transisi hingga ketahanan energi Nasional. Arifin mengaku kecewa lantaran pemerintah selama ini sudah memberikan kesempatan namun Shell menunda-nunda proses akuisisi ini sehingga terkesan menyandera Indonesia.