<p>Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara ASEAN bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam forum ASEAN+3 menyepakati beberapa langkah penguatan terhadap Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM). / Bank Indonesia</p>
Industri

Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN Berkumpul, Bahas Apa?

  • JAKARTA – Forum ASEAN+3 menyepakati beberapa langkah penguatan terhadap Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM). Forum ASEAN+3 terdiri dari menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara ASEAN, bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Kesepakatan itu bertujuan meningkatkan efektivitas instrumen guna mendukung ketahanan ekonomi dan keuangan regional. Kesepakatan tersebut juga menandai peringatan 10 tahun kerja sama CMIM […]

Industri
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – Forum ASEAN+3 menyepakati beberapa langkah penguatan terhadap Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM).

Forum ASEAN+3 terdiri dari menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara ASEAN, bersama Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Kesepakatan itu bertujuan meningkatkan efektivitas instrumen guna mendukung ketahanan ekonomi dan keuangan regional.

Kesepakatan tersebut juga menandai peringatan 10 tahun kerja sama CMIM sebagai salah satu komponen penting dalam jaring pengaman keuangan global.

Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam siaran resmi yang dikutip TrenAsia.com, Senin, 21 September 2020, menyebutkan sejumlah langkah penguatan.

“Pertama, peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari semula 30% menjadi 40%,” katanya.

Selain itu, kerja sama tersebut juga mencakup penambahan komponen mata uang lokal negara-negara anggota ASEAN+3 pada fasilitas CMIM.

Onny menjelaskan, negara-negara yang tergabung dalam forum ASEAN+3 menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di tengah kondisi pandemi COVID-19.

Pandemi telah menimbulkan ketidakpastian prospek ekonomi dan keuangan ke depan. Pemerintah, lanjutnya, telah melakukan penanganan secara komprehensif dengan berkoordinasi antarpemangku kebijakan.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi antara ekspansi moneter dan akselerasi stimulus fiskal,” katanya.

Per 15 September 2020, BI telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana sebesar Rp48,03 triliun.

Pembelian tersebut dilakukan melalui mekanisme pasar sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 16 April 2020, termasuk dengan skema lelang utama, Greenshoe Option (GSO) dan Private Placement.

Sementara itu, realisasi pendanaan dan pembagian beban untuk pendanaan Public Goods dalam APBN berjumlah Rp99,08 triliun.

Dengan pembelian SBN tersebut, pemerintah diharapkan dapat fokus pada upaya akselerasi memulihkan perekonomian.

Dari segi pendanaan Non Public Goods usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), BI menggelontorkan Rp44,38 triliun sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 7 Juli 2020.

Dalam kerja sama ini, sejumlah lembaga internasional turut hadir, yakni ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Asian Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF) sebagai mitra ASEAN+3.

Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi COVID-19.