Lokananta tampak depan setelah revitalisasi rampung. Kementerian BUMN mengucurkan dana Rp50 miliar untuk pembenahan studio musik tertua di Indonesia tersebut.
Nasional

Menuju Profesional, Lokananta Tiru Pola M Bloc Space

  • Lokananta bersiap mengembangkan diri sebagai unit usaha bisnis yang profesional usai rampung direvitalisasi tahun ini.
Nasional
Chrisna Chanis Cara

Chrisna Chanis Cara

Author

JAKARTA—Lokananta bersiap mengembangkan diri sebagai unit usaha bisnis yang profesional usai rampung direvitalisasi tahun ini. Studio rekaman tertua di Indonesia itu bakal meniru placemaking yang telah sukses diterapkan di M Bloc Space, Jakarta Selatan. 

Sebagai informasi, placemaking adalah pendekatan multisektor untuk perencanaan, desain dan pengelolaan ruang publik. Direktur Utama PT Danareksa (Persero), Yadi Jaya Ruchandi, mengatakan Lokananta di masa depan perlu fokus pada lima pilar bisnis agar dapat berkelanjutan. 

Kelima pilar tersebut yakni pengelolaan museum atau galeri, studio rekaman, arena pertunjukan musik dan seni, area kuliner dan galeri UMKM. “Kelima hal ini perlu didorong agar revitalisasi yang telah dilakukan dapat berdampak optimal bagi keberlangsungan Lokananta,” ujar Yadi di Lokananta akhir pekan lalu. 

Diketahui, Kementerian BUMN melalui Danareksa-PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) mengucurkan dana sekitar Rp50 miliar untuk revitalisasi Lokananta. Proses pembangunan yang dilakukan sejak November 2022 itu kini telah rampung dan telah diresmikan Menteri BUMN Erick Thohir pada Sabtu 3 Juni 2023. 

Saat ini Danareksa-PPA telah menjalin kerja sama dengan M Bloc Group untuk menjalankan lima pilar bisnis Lokananta. Aset milik Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) ini pun digadang-gadang mampu mengadopsi kesuksesan pengelolaan M Bloc Space. 

“Lokananta akan memakai pola placemaking seperti di M Bloc Space,” ujar CEO Lokananta, Wendi Putranto. 

Wendi mengatakan Lokananta ke depan tak hanya bicara soal studio rekaman, melainkan merupakan sebuah hub kreatif dan komersial bagi musisi, seniman hingga UMKM. Dengan demikian, bangunan yang berdiri sejak tahun 1956 itu diharapkan dapat memberi dampak sosial, ekonomi dan pelestarian budaya. 

“Lokananta ini harta karun musik Indonesia. Ke depan akan menjadi landmark Kota Solo dan aset nasional,” ujar Wendi yang juga Program Director M Bloc Space tersebut. 

Kalahkan Jogja

Direktur Utama M Bloc Group, Handoko Hendroyono, menilai Lokananta punya potensi 7.000 hingga 10.000 pengunjung saat akhir pekan jika pengembangan pengelolaannya sudah berjalan optimal. Menurut dia, Solo memiliki potensi industri kreatif yang tak kalah dari Jogja. “Solo bisa sukses menyelenggarakan acara-acara bertaraf internasional,” ucapnya.

Direktur Radio Republik Indonesia (RRI) kala itu, R. Maladi, menjadi pencetus lahirnya Lokananta, tepatnya tanggal 29 Oktober 1956. Berdiri di atas lahan 21.500 meter persegi, Lokananta memiliki sejumlah ruangan yang menyimpan jejak sejarah musik Nasional. Awalnya Lokananta berfungsi menyuplai bahan siaran untuk 26 stasiun RRI di penjuru Nusantara. 

Seiring perkembangan zaman, Lokananta berkembang menjadi label rekaman dengan fokus pada lagu daerah, pertunjukan kesenian, hingga penerbitan buku dan majalah. Di masa keemasannya, Lokananta juga turut melahirkan maestro keroncong seperti Gesang dan Waldjinah serta penyanyi pop Titiek Puspa. Mereka pernah merekam karyanya di Lokananta.