Komisaris PT Amman Mineral Internasional sekaligus PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Teguh Boentoro
Korporasi

Menunggu Aksi Teguh Boentoro: Sehatkan Darma Henwa (Part 1)

  • Minus kinerja PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menanti sentuhan Presiden Direktur Teguh Boentoro dalam menjalankan aksi pada sektor keuangan.

Korporasi

Drean Muhyil Ihsan

JAKARTA – Minus kinerja emiten konstruksi pertambangan Grup Bakrie, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menanti sentuhan Presiden Direktur Teguh Boentoro dalam menjalankan aksi pada sektor keuangan. 

Mengutip laporan keuangan terakhirnya, perseroan mengalami rugi bersih mencapai US$16,73 juta atau setara Rp261,35 miliar (kurs Rp15.625 per dolar AS) per akhir Desember 2022. Angka ini berbanding terbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana DEWA membukukan keuntungan sekitar US$1,09 juta atau sekitar Rp16,98 miliar.

Kondisi bottom line yang minus ini tak sejalan dengan pertumbuhan pendapatan yang berhasil diraih perseroan sebesar 26,05% year-on-year (yoy) menjadi US$406,82 juta, setara Rp6,36 triliun sepanjang 2022 dari US$322,74 juta atau Rp5,04 triliun di tahun sebelumnya.

Performa perseroan yang tak memuaskan ini terjadi di tengah fenomena ‘comodity boom’ di mana harga batu bara dunia yang berkilau sepanjang tahun lalu. Berdasarkan catatan TrenAsia.com, harga ‘emas hitam’ menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah (all time high) ke level US$463,75 per ton pada 5 September 2022.

Secara tahunan, beban pokok pendapatan perseroan melonjak 41,1% menjadi US$406,27 juta, sekitar Rp6,35 triliun per 31 Desember 2022, hampir setara dengan pendapatan yang diraup perseroan pada tahun itu.

Posisi keuangan DEWA diperparah dengan neraca yang kurang ideal. Sepanjang tahun lalu, total liabilitas perseroan tercatat sebesar US$293,86 juta atau mencapai Rp4,59 triliun. Padahal akumulasi ekuitasnya hanya sekitar US$254,11 juta atau setara Rp3,97 triliun.

Jika dirinci pada pos liabilitas jangka pendek, utang usaha pihak ketiga tercatat sebanyak US$72,76 juta, utang pajak US$2,23 juta, utang bank lancar US$38,96 juta, utang sewa pembiayaan US$7,86 juta, utang aset hak guna US$10,36 juta, dan utang lain-lain US$37,16 juta.

Sedangkan pada liabilitas jangka panjang tercatat utang pihak berelasi sekitar US$622.974, liabilitas pajak tangguhan US$14,37 juta, utang bank US$6,95 juta, utang sewa pembiayaan US$3 juta, utang aset hak guna US$3,37 juta, serta utang lain-lain US$23,31 juta.

Laporan keuangan itu mewakili kinerja 2022 yang ditandatangani oleh Rio Supin, Presiden Direktur Darma Henwa yang mundur sebelum Teguh Boentoro menjabat. Tercatat sejak dipimpin oleh Teguh, DEWA bahkan belum merilis laporan keuangan triwulan I-2023 yang seharusnya sudah dipublikasikan pada pertengahan 2023. 

Sepak Terjang

Teguh masuk pada jajaran direksi Darma Henwa sebagai perwakilan Anthoni Salim. Masuknya Teguh di Darma Henwa bukan tanpa alasan. Teguh dikenal lincah dalam menjalankan perusahaan melalui jalur keuangan.

Nama Teguh sebenarnya sempat tenar saat skandal Bank Century yang meledak 2008. Teguh disebut sebagai pemilik awal PT Selalang Prima Internasional (SPI) yang saat itu menjadi debitur Bank Century milik Robert Tantular.

Dalam kasus Bank Century, Teguh sempat dimintai keterangan sebagai saksi soal kepemilikan di SPI. Teguh yang pernah menjadi pemilik saham mayoritas hanya menjelaskan bahwa SPI yang mengalami kesulitan keuangan itu sudah pindah tangan sejak 2005.

Namun ternyata, SPI sudah dijual kepada politisi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun pada 2005. Teguh lolos dalam penyelidikan kasus dengan dugaan pemalsuan dokumen dokumen pendukung fiktif untuk mengajukan surat jaminan kredit atau letter of credit ke Bank Century.

Setelah lolos di SPI, dugaan keterlibatan Teguh kembali muncul saat penyidik menyelidiki PT Citra Senantiasa Abadi (CSA) dan perusahaan lainnya. Saat itu Teguh duduk sebagai komisaris di CSA.

Beda dengan Misbakun yang sempat menyandang status tersangka meski akhirnya bebas. Teguh kembali lolos dalam penyelidikan CSA. Teguh melalui CSA hanya berkewajiban mengembalikan kredit yang dipinjam dari Bank Century.

Pada 2010, berselang dua tahun saat kasus Bank Century meledak, Teguh rajin tampil di media dan menyuarakan utang CSA sudah lunas. “Surat keterangan lunas juga sudah keluar dari Direksi Bank Mutiara,” kata Teguh dalam sebuah tulisan di teguhboentoro.wordpress.com.

Teguh memang terkenal sebagai financial engineer yang berpengalaman selama lebih dari 20 tahun sebagai konsultan pajak dan investasi keuangan, baik tingkat nasional maupun internasional. Saat ini pensiun sebagai konsultan pajak dan aktif sebagai pimpinan di sejumlah perusahaan.

Kini, Teguh ada di pucuk pimpinan Darma Henwa yang dalam posisi keuangan kurang ideal. Lantas, apa langkah Teguh untuk menyehatkan Darma Henwa?