senjata serbia.jpg
Dunia

Menusuk Rusia dari Belakang, Amunisi Serbia Justru Mengalir ke Ukraina

  • Serbia bukan anggota NATO atau Uni Eropa. Rakyatnya telah lama memiliki keterikatan sentimental dengan Rusia dan membenci negara barat setelah kampanye pengeboman NATO di negara mereka pada tahun 1999.

Dunia

Amirudin Zuhri

BEOGRAD-Serbia kerap disebut negara Eropa yang menjadi sekutu Rusia. Tetapi senjata buatan negara ini ternyata justru mengalir ke Ukraina.

Serbia diam-diam telah meningkatkan penjualan amunisi ke negara-negara barat. Senjata tersebut kemudian disalurkan ke Kyiv untuk memperkuat kemampuan mereka melawan Rusia.

Perkiraan yang dibagikan kepada Financial Times menyebutkan  selama perang pecah ekspor senjata, terutama amunisi Serbia yang akhirnya masuk ke Ukraina melalui pihak ketiga mencapai sekitar 800 juta Euro. Atau sekitar Rp14 triliun (kurs Rp17.610). 

Serbia bukannya tidak tahu amunisi tersebut akhirnya untuk diberikan Ukraina. Tetapi Beograd memilih untuk menutup mata. Presiden Aleksandar Vučić akurat justru menilai perang yang terjadi sebagai peluang bisnis. Dan menyebutnya sebagai bagian dari kebangkitan ekonomi negara terseubt.

Dia bersikeras dia tidak akan memihak dalam perang . Dia juga mengakui tidak bisa mengekspor ke Ukraina atau Rusia. Tetapi mereka memiliki banyak kontrak dengan Amerika, Spanyol, Ceko, dan negara-negara lainnya. Bahwa kemudian senjata itu berakhir di tangan Ukraina, menurut Serbia itu bukan urusan mereka. 

“Yang penting Serbia memastikan memastikan bahwa amunisi dijual secara legal,” katanya dikutip Financial Times Minggu 24 Juni 2024.

Serbia bukan anggota NATO atau Uni Eropa. Rakyatnya telah lama memiliki keterikatan sentimental dengan Rusia dan membenci negara barat setelah kampanye pengeboman NATO di negara mereka pada tahun 1999. Beograd juga sering mengandalkan Moskow untuk memblokir pengakuan internasional terhadap Kosovo, negara bekas Uni Eropa.  

Vučić telah menolak tekanan barat untuk mengadopsi rezim sanksi Rusia. Mereka tetap  mengizinkan penerbangan Rusia terus berlanjut. Meski dia Serbia telah  berkomitmen agar menjadi anggota UE.   Serbia juga berusaha untuk menghindari pertaruhannya dan menjaga jarak antara dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

Diplomat barat dikutip Financial times mengatakan Eropa dan Amerika telah berupaya selama bertahun-tahun untuk menjauhkan Vučić dari Putin. Salah satu  tokoh penting yang berperan besar dalam upaya ini adalah Duta Besar Amerika untuk Serbia Christopher Hill. Dia tiba di Beograd sebulan setelah invasi Rusia. Satu-satunya agendanya adalah menjauhkan Beograd dari Moskow. 

“Dan upaya Hill itu berhasil. Vučić  sejauh ini belum pernah bertemu, atau bahkan menelepon Putin selama bertahun-tahun,” kata pejabat tersebut. 

Dibantu Rusia

Serbia yang berpenduduk sekitar 7 juta jiwa tersebut mempunyai industri senjata yang berkembang pesat selama perang dingin. Saat wilayah ini menjadi bagian dari Yugoslavia. Negara ini juga merupakan produsen kaliber amunisi standar Soviet yang masih banyak digunakan di angkatan bersenjata Ukraina. 

Vučić mengatakan Serbia memiliki peluang emas karena harga persenjataannya lebih murah dibandingkan negara barat. Juga menambahkan bahwa skala ekspor amunisi Serbia secara keseluruhan dapat meningkat.

Vučić mengakui Rusia melakukan pekerjaan yang baik dalam memperbarui dan menghidupkan kembali produksi persenjataan mereka. Mereka melakukannya dengan cepat. Tetapi ketika Serbia ingin mendapat untung, itu tidak mudah.  Kesempatan itu datang justru dari Amerika dan Eropa yang berjuang mencari senjata untuk Kyiv. Dengan kata lain, Rusia yang meningkatkan kapasitas industry pertahanan Serbia, tetapi Ukraina yang sekarang bisa menikmatinya.

Menteri Keuangan Serbia Siniša Mali mengatakan industri pertahanan  menyerap hingga 20.000 tengara kerja. Dan sekarang dapat berkembang pesat. Dia mengkaui kapasitas industry militer Serbia masih jauh di bawah negara-negara maju. “Sekarang ini adalah saatnya untuk bangkit,” katanya.