Menyibak "Niat Baik" China Bantu Prabowo Wujudkan Makan Gratis
- Merujuk data awal yang dipaparkan Kementrian Keuangan Program MBG akan menyedot kebutuhan bahan pangan yang sangat besar, diantaranya 6,7 juta ton beras, 1,2 juta ton daging ayam, 500 ribu ton daging sapi, 1 juta ton ikan, dan 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun.
Dunia
JAKARTA - China dan Indonesia baru saja menandatangani nota kesepahaman saat kunjungan Presiden Prabowo ke Beijing 10 November 2024 kemarin. China berkomitmen mendukung program makan bergizi gratis yang digagas oleh pemerintahan Prabowo Subianto.
Mengusung tajuk “Food Supplementation and School Feeding Programme in Indonesia”, bantuan China digadang akan membantu Prabowo melaksanakan janji pemilunya. Rencananya program makan bergizi gratis (MBG) akan dimulai pada awal tahun 2025.
Program makan bergizi gratis diproyeksikan menyasar hampir 83 juta penerima manfaat, diantaranya 30 juta anak usia dini, 24 juta siswa SD, 9,8 juta murid SMP, 10,2 juta murid SMA dan SMK, 4,3 juta santri, serta 4,4 juta ibu hamil.
Bila dihitung dengan anggaran sebesar Rp71 triliun, program ini diperkirakan hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan 12 juta hingga 14 juta penerima, atau sekitar 15% hingga 17% dari total target awal.
Tak Hanya Bantu Dana
Berdasarkan pernyataan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, bentuk bantuan dari China akan disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia, baik dalam bentuk dana, logistik, maupun bahan pangan. Namun, besaran dana dan bentuk bantuan pastinya masih dalam tahap pembahasan lebih lanjut.
“Bentuk bantuannya macam-macam sebenarnya, sesuai dengan yang kita butuhkan. Pemerintah China menyampaikan komitmen untuk ikut membantu menyukseskan program makan bergizi gratis,” ujar Prasetyo seusai rapat kerja dengan Komisi XIII DPR di Gedung Nusantara II Senayan, Jakarta pada hari Rabu, 13 November 2024.
Merujuk data awal yang dipaparkan Kementrian Keuangan Program MBG akan menyedot kebutuhan bahan pangan yang sangat besar, diantaranya 6,7 juta ton beras, 1,2 juta ton daging ayam, 500 ribu ton daging sapi, 1 juta ton ikan, dan 4 juta kiloliter susu sapi segar per tahun.
Kebutuhan tersebut membuka peluang bagi produsen pangan lokal untuk menyuplai kebutuhan program. Namun, jika China memberikan bantuan berupa bahan pangan yang siap disalurkan langsung ke masyarakat, ada potensi kebutuhan pangan lokal tidak terserap optimal.
Para pelaku industri pangan, termasuk petani dan peternak dalam negeri, mungkin akan menghadapi tantangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut jika pasokan dari luar negeri lebih diutamakan.
- Perumusan PP 28/2024 Tak Libatkan GAPPRI, DPR Singgung Dampak ke Pekerja
- Menilik Pengaruh Besar The Fed terhadap Ekonomi RI
- Hana-Rawhit, Politikus Muda Selandia Baru yang Protes Parlemen Lewat Tarian Haka
Ada Apa di Balik “Niat Baik” China?
Ekonom Muhammad Andri Perdana mengungkapkan keyakinannya bahwa investasi bisnis yang disepakati kemungkinan besar berasal dari skema pinjaman yang diberikan oleh korporasi atau lembaga perbankan asal China.
Menurutnya, pola ini bukan hal baru dalam kerja sama internasional, khususnya dengan China, yang sering menggunakan pinjaman berbunga rendah atau menengah sebagai cara untuk mendukung ekspansi bisnis mereka di luar negeri.
Pinjaman ini, selain untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur atau investasi besar lainnya, juga menjadi alat untuk mempererat hubungan ekonomi bilateral. "Bahkan aid (hibah dana) sekalipun ada tujuannya, entah itu untuk mempermudah hubungan bilateral atau dari segi foreign policy-nya memudahkan (China). Yang pasti ada timbal baliknya," jelasnya.
Andri juga mengungkap jika perang dagang antara China dan Amerika Serikat benar-benar terjadi lagi dibawah Presiden Trump, Indonesia berpotensi menjadi tujuan utama bagi produk-produk China yang sebelumnya mengarah ke pasar AS.
Dengan menurunnya permintaan di Amerika Serikat, produk-produk China kemungkinan besar akan mengalir masuk ke Indonesia, yang dapat berfungsi sebagai pasar pengganti.
Andri juga menilai kesepakatan investasi bisnis yang baru-baru ini terjalin dapat dimanfaatkan China untuk memperkuat hubungan ekonominya dengan Indonesia, serta membantu menurunkan ketegangan yang mungkin timbul akibat ketergantungan perdagangan dengan negara-negara besar seperti AS.
- Perumusan PP 28/2024 Tak Libatkan GAPPRI, DPR Singgung Dampak ke Pekerja
- Menilik Pengaruh Besar The Fed terhadap Ekonomi RI
- Hana-Rawhit, Politikus Muda Selandia Baru yang Protes Parlemen Lewat Tarian Haka
"Kalau perang dagang China dengan AS dimulai, maka barang-barang China akan masuk ke Indonesia sebagai market substitusinya, karena demand dari AS lagi rendah, jadi Indonesia akan banyak dibanjiri produk-produk dari China. Dengan adanya kesepakatan investasi bisnis ini, China bisa melunakkan posisi Indonesia" jelas Andri.
China sendiri memiliki pengalaman dalam menjalankan program makan bergizi gratis dan telah berhasil mengimplementasikan program serupa untuk mendukung gizi anak-anak sekolah di negaranya.
"Ya mereka (China) akan men-support karena mereka juga sudah melaksanakan makan bergizi gratis di sini [China]," ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dikutip keterangan resmi.
Demi menjaga stabilitas dan kesejahteraan produsen pangan lokal, pemerintah Indonesia perlu mengatur strategi yang tepat dalam pelaksanaan program ini. Misalnya, Cina dapat diarahkan untuk memberikan bantuan dalam bentuk teknologi atau dana alih-alih bahan pangan mentah, sehingga kebutuhan pangan tetap dipasok oleh produsen lokal.
Hal ini tidak hanya akan menjaga keseimbangan ekonomi, tetapi juga membantu membangun ketahanan pangan nasional yang lebih mandiri. Bantuan dari Cina dalam program makan bergizi gratis memang menawarkan peluang untuk memperkuat ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
Namun, dengan volume pangan yang dibutuhkan, pemerintah perlu memastikan agar bantuan ini tidak menekan produsen lokal. Kolaborasi yang baik antara bantuan asing dan potensi pangan lokal adalah kunci untuk mencapai program yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan gizi, tetapi juga mendorong kesejahteraan petani, peternak, dan industri pangan lokal di Indonesia.