Menyoal Perselingkuhan yang Trending Lagi: 8 Alasan Mengapa Seseorang Berselingkuh Menurut Ahli
- Pertanyaan mengenai apa sebenarnya alasan seseorang selingkuh mulai bergulir terlebih ketika selingkuhan tak jauh lebih baik dari istri sah dilihat dari tampilan fisik, kemapanan, kecerdasan hingga karier yang dimiliki.
Gaya Hidup
JAKARTA - Perselingkuhan tampaknya selalu memiliki bab-bab baru dalam jagat sosial media tanah air. Kasus perselingkuhan yang terus terungkap dari deretan influencer, YouTuber, hingga selebritas tak henti membuat seseorang mulai mengkhawatirkan hubungan mereka dengan pasangan.
Pertanyaan mengenai apa sebenarnya alasan seseorang selingkuh mulai bergulir terlebih ketika selingkuhan tak jauh lebih baik dari istri sah dilihat dari tampilan fisik, kemapanan, kecerdasan hingga karier yang dimiliki.
- Ini Strategi BRI Perkuat Transformasi Digital Empat Tahun ke Depan
- Pelita Air Service Resmi Buka Penerbangan Baru Rute Jakarta-Balikpapan
- Regenerasi Pemimpin, Sritex Tunjuk Iwan Kurniawan Lukminto jadi Presiden Direktur
- IHSG Ditutup Melemah setelah Melalui Proses Rebalancing di Akhir Pekan Lalu
Melansir dari laman website Psychology Today, ahli mengungkap 8 alasan utama seseorang berselingkuh. Penelitian dilakukan terhadap hampir 500 orang yang mayoritas adalah heteroseksual tentang pengalaman selingkuh mereka di masa lalu. Sekitar 95 persen memberikan contoh yang mencakup perselingkuhan seksual atau fisik.
1. Jatuh cinta
Terkadang, menurunnya rasa jatuh cinta terhadap pasangan romantis menyebabkan seseorang memutuskan untuk berselingkuh. Lebih dari tiga per empat atau 77% peserta mengatakan bahwa kurangnya rasa cinta kepada pasangan romantis mereka dan atau cinta yang lebih besar terhadap selingkuhan mereka adalah alasan yang kuat dibalik perilaku selingkuh mereka.
2. Untuk variasi
Alasan nomor dua ini diungkapkan oleh lebih banyak peserta pria dibandingkan peserta wanita. Perselingkuhan yang mereka lakukan bukan karena masalah yang ada di dalam hubungan mereka melainkan karena reaksi terhadap kebosanan.
Alasan nomor dua ini meraih skor hingga 74%.
3. Merasa diabaikan
Motif ini lebih banyak dirasakan oleh wanita daripada pria. 70% peserta mengatakan motif selingkuh mereka adalah karena kurangnya perhatian yang diberikan pasangan kepada mereka.
4. Kekuatan situasional
Nyatanya, tidak setiap perselingkuhan direncanakan dan didorong oleh ketidakpuasan pada hubungan yang mereka miliki.
70% peserta mengungkapkan bahwa faktor situasi adalah alasan utama mereka berselingkuh. Contohnya seperti saat mereka sedang minum atau harus berada dalam kesempatan tertentu yang tidak mereka antisipasi sebelumnya.
Alasan ini lebih banyak diungkap oleh peserta pria dibandingkan wanita.
5. Untuk meningkatkan harga diri
Bagi sebagian orang, nyatanya dapat meningkatkan ego dan harga diri mereka. Lebih dari separuh peserta atau lebih tepatnya 57% peserta mengindikasikan bahwa meningkatkan harga diri adalah motif perselingkuhan mereka.
6. Karena marah
Meski tak banyak, motif kemarahan, ingin menghukum pasangan atau melakukan balas dendam nyatanya meraih skor hingga 43%.
7. Tidak merasa berkomitmen
Sebanyak 41% peserta mengindikasikan tindakan selingkuh mereka karena tingkat komitmen yang rendah terhadap pasangan.
Kurangnya cinta dan komitmen terhadap pasangan romantis memiliki kaitan dengan perasaan ketidakpuasan hubungan secara umum.
8. Karena hasrat seksual
Sekitar 32% peserta mengatakan dorongan mereka untuk berselingkuh adalah karena hasrat seksual.
Hal ini meliputi frekuensi seks, gaya seks, atau perilaku seksual tertentu yang mereka inginkan namun tidak mereka dapatkan dalam hubungan bersama pasangan.
Lebih banyak pria yang melaporkan alasan ini dibandingkan dengan wanita.
Kedelapan motif perselingkuhan ini meliputi aspek diri, relasi yang ada, dan konteks. Mereka mengungkapkan berbagai macam alasan mengapa seseorang berselingkuh. Meskipun pasti, satu alasan utama dapat mendorong seseorang untuk tidak setia, kemungkinan kombinasi faktor menjadi akar utaman dari banyak perselingkuhan yang terjadi.
Mungkin juga ada motivasi yang tidak sepenuhnya ditangkap dalam penelitian ini, sebagian karena para peserta mencoba mengingat apa yang memotivasi perilaku masa lalu. Terkadang, ingatan tidak menunjukkan apa yang sebenarnya memotivasi perilaku tersebut.