Kantor Bank Harda International(Allo Bank) / Bankbhi.co.id
Korporasi

Merambah Bank Digital, Bank Harda Milik Konglomerat Chairul Tanjung Gelar Right Issue Rp7,5 Miliar

  • Bank milik konglomerat Chairul Tanjung PT Bank Harda Internasional Tbk bakal menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. Dana tersebut bakal digunakan emiten berkode BBHI ini untuk mempekuat permodalan demi memuluskan rencana membangun bank digital.

Korporasi

Muhamad Arfan Septiawan

JAKARTA – Bank milik konglomerat Chairul Tanjung PT Bank Harda Internasional Tbk bakal menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.

Dana tersebut bakal digunakan emiten berkode BBHI ini untuk mempekuat permodalan demi memuluskan rencana membangun bank digital.

Melansir keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Minggu, 9 Mei 2021, BBHI bakal melego saham baru itu dengan nominal Rp100 per lembar saham. Jumlah saham yang baru diterbitkan itu setara 179,20% dari modal ditempatkan disetor penuh.

“Dana hasil HMETD digunakan memperkuat struktur permodalan dalam pengembangan usaha perseroan, termasuk pengembangan kredit secara konvensional dan digital banking,”tulis Sekretaris Perusahaan Bank Harda Kemal Sindi dalam keterbukaan informasi, dikutip Minggu, 9 Mei 2021.

Sebelumya, PT Mega Corpora milik Chairul Tanjung mengakuisisi Bank Harda. Aksi tersebut telah mendapat restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Izin OJK terhadap akuisisi ini diterbitkan melalui Keputusan Dewan Anggota Komisioner OJK No. Kep.40/D.03/2021.

Mega Corpora mengakuisisi hingga 73,71% atau 3,08 lembar saham Bank Harda per 10 Maret 2021. Sementara itu, 1,09 miliar lembar saham atau 26,29% dari total saham BBHI dimiliki oleh publik.

Setelah HMETD, komposisi kepemilikan saham ini bakal berubah. Dengan asumsi semua pemegang saham melaksanakan HMETD, Mega Corpora diproyeksikan bisa menambah koleksi saham BBHI hingga 861,25 miliar lembar saham. Sementara itu, kepemilikan saham BBHI di publik melesat menjadi 307,18 miliar lembar saham.

Di sisi lain, pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD bakal terkena dilusi kepemilikan maksimal 64,18% dari kepemilikan saham dalam perseroan. Aksi right issue ini dilakukan BBHI usai berhasil memperbaiki kinerja keuangan pada tahun lalu.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan, BBHI berhasil mencetak laba Rp37 miliar setelah dua tahun berikutnya selalu tekor. Perusahaan tercatat mengalami rugi Rp37 miliar pada 2019 dan Rp123 miliar pada 2018. (RCS)