Putin dan Xi Jin Ping.jpeg
Dunia

Merasa Negaranya Ditindas, Presiden China Xi Jin Ping Ngamuk ke AS

  • Presiden China, Xi Jin Ping kembali mengeluarkan pernyataan kerasnya pada AS dan sekutunya

Dunia

Rizky C. Septania

BEIJING- Presiden China, Xi Jin Ping kembali mengeluarkan pernyataan kerasnya pada AS dan sekutunya. Kali ini, seruan keras dilayangkan sebagai imbas pembatasan negeri Paman Sam terkait akses perdagangan semikonduktor dengan negaranya atas dasar keamanan nasional.

Mengutip AFP Rabu, 8 Maret 2023,  Xi menyebut secara terang-terangan dalam dalam forum Kongres Rakyat Nasional (NPC) bahwa  AS telah menerapkan penahanan, pengepungan, dan penindasan menyeluruh terhadap China

Kemudian pada  Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC), yang berjalan bersamaan dengan Kongres Rakyat Nasional (NPC), Xi meminta  China untuk menjadi lebih mandiri supaya dapat mengembangkan kemampuannya tanpa perlu bergantung pada dunia internasional.

"China harus memiliki keberanian untuk melawan karena negara itu menghadapi perubahan besar dan kompleks baik dalam lanskap domestik dan internasional," ujarnya.

Pada awal pekan ini,  Xi berjanji untuk meningkatkan kapasitas China. Selain itu, Ia juga mengatakan bahwa negara itu harus mampu menjaga dirinya sendiri, terlebih di sektor pangan dan manufaktur yang kini menjadi tulang punggung negeri Tirai Bambu.  

"Saya selalu mengatakan ada dua bidang penting bagi China, satu untuk melindungi mangkuk nasi kita, dan yang lainnya untuk membangun sektor manufaktur yang kuat. Sebagai negara besar dengan 1,4 miliar orang, kita harus mengandalkan diri kita sendiri, kita tidak dapat bergantung pada pasar internasional untuk menyelamatkan kita," ujarnya.

Sambut genderang

Pernyataan Xi seolah mendukung apa yang disampaikan  Juru Bicara Kementerian Luar Negeri  China, Qin Gang dalam Forum NPC. Dalam  forum tersebut, Qin mengatakan bahwa AS berniat mengalahkan China.

Namun mengutip Reuters, alih-alih menciptakan konflik militer seperti Rusia dan Ukraina, Qin menyebut konflik yang sedang dibangun Negeri Paman Sam adalah zero-sum game. Artinya, pihak yang kalah perang benar-benar mati dan tak berdaya.  

"Jika AS tidak menginjak rem dan terus mempercepat jalan yang salah, tidak ada pagar pembatas yang dapat mencegah tergelincirnya rel, dan pasti akan timbul konflik dan konfrontasi," paparnya sebagaimana dikutip TrenAsia.com.

Qin menambahkan sembari membahas perihal kedekatan  antara China dan Rusia yang diawasi ketat oleh Barat sehubungan dengan perang di Ukraina. Ia menyebut hubungan tersebut sebagai  contoh bagi hubungan luar negeri global.

"Dengan kerjasama antara China dan Rusia, maka dunia akan memiliki kekuatan pendorong. Semakin tidak stabil dunia, semakin penting bagi China dan Rusia untuk terus memajukan hubungan mereka," tambahnya.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, hubungan China-AS semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Beragam upaya perbaikan tampaknya tak membuahkan hasil. Terlebih,  setelah  AS menembak jatuh benda yang dicurigai sebagai balon mata-mata China, yang terbang di wilayah udara AS.

Atas tuduhan tersebut,  China mengklaim balon itu merupakan alat penelitian dan AS bereaksi berlebihan.

Tak sampai di situ, AS juga berulang kali menuding Beijing sebagai dalang dibalik penyebaran wabah COVID-19, yang telah melumpuhkan kegiatan dunia selama 3 tahun terakhir. Tudingan ini juga ditepis China, dengan menyebut hanya akan percaya pada hasil ilmiah yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).