662f7dcdec0c696569fe8ea3.jpg
Tekno

Mereka Yang Masih Bertahan Sejak Historia Dot Com Bubble Melanda Amerika

  • Salah satu ciri khas dari Dot Com Bubble adalah munculnya perusahaan-perusahaan yang memiliki nama domain yang menarik dan situs web yang canggih, tetapi tidak memiliki model bisnis yang solid.

Tekno

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Pada akhir dekade 1990-an dan awal 2000-an, dunia teknologi dan investasi mengalami fenomena yang dikenal sebagai Dot Com Bubble. Ini adalah periode ketika saham-saham perusahaan teknologi internet meroket secara dramatis, didorong oleh optimisme berlebihan tentang potensi internet dan teknologi digital. 

Dot Com Bubble, atau yang sering disebut sebagai gelembung dot-com, mencerminkan euforia yang melanda pasar saham, terutama di Amerika Serikat, di mana investor mulai berinvestasi besar-besaran pada perusahaan teknologi yang masih relatif baru dan belum terbukti.

Namun, seperti banyak gelembung ekonomi lainnya dalam sejarah, euforia ini tidak bertahan lama dan berakhir dengan pecahnya gelembung pada tahun 2000, yang menyebabkan penurunan besar dalam nilai pasar saham dan kehancuran banyak perusahaan.

Akar Dot Com Bubble

Fenomena Dot Com Bubble berakar pada kemajuan teknologi internet dan digital yang terjadi pada akhir tahun 1990-an. Internet, yang awalnya merupakan alat komunikasi dan penelitian akademik, mulai mengubah cara bisnis dijalankan. 

Dengan munculnya World Wide Web, perusahaan-perusahaan mulai melihat potensi besar dalam menjual produk dan layanan secara online. Selama periode ini, ada optimisme yang luar biasa mengenai potensi internet untuk mendisrupsi pasar tradisional dan menghasilkan keuntungan besar. 

Banyak investor percaya bahwa perusahaan-perusahaan internet akan menjadi pemenang besar di pasar saham. Pada saat itu, pasar saham AS mengalami pertumbuhan yang cepat, dan indeks saham utama seperti Nasdaq Composite, yang mencakup banyak perusahaan teknologi, melonjak secara signifikan.

Saham-saham perusahaan dot-com seperti Pets.com, Webvan, dan eToys menjadi sangat populer di kalangan investor, yang didorong oleh prospek keuntungan yang menjanjikan dari model bisnis berbasis internet. 

Banyak perusahaan dot-com melaporkan kerugian besar, tetapi investor tetap membeli saham mereka dengan harga yang sangat tinggi, mengabaikan prinsip-prinsip dasar investasi seperti profitabilitas dan valuasi yang rasional.

Ciri Khas Perusahaan 

Salah satu ciri khas dari Dot Com Bubble adalah munculnya perusahaan-perusahaan yang memiliki nama domain yang menarik dan situs web yang canggih, tetapi tidak memiliki model bisnis yang solid. Perusahaan-perusahaan ini sering kali mengandalkan strategi pemasaran agresif dan penawaran saham publik yang spektakuler untuk menarik investor.

Misalnya, Pets.com, yang menjual produk hewan peliharaan secara online, dikenal dengan maskot sock puppet-nya yang lucu. Meskipun perusahaan ini mengalami kerugian yang sangat besar, sahamnya melonjak tinggi pada awalnya, sebelum akhirnya runtuh dan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada tahun 2000.

Webvan adalah contoh lain dari perusahaan dot-com yang mengalami nasib serupa. Webvan menawarkan layanan pengantaran bahan makanan online, tetapi bisnisnya tidak dapat mencapai skala ekonomi yang diperlukan untuk menghasilkan keuntungan. 

Meskipun awalnya mendapat dukungan besar dari investor, Webvan akhirnya harus menutup operasinya pada tahun 2001 setelah mengalami kerugian yang signifikan. eToys, yang menjual mainan secara online, juga mengalami kesulitan serupa dan harus menghadapi kebangkrutan pada tahun 2001.

Dot Com Bubble bukan hanya tentang perusahaan-perusahaan teknologi yang mengalami keruntuhan, tetapi juga tentang dampak yang lebih luas terhadap ekonomi dan pasar saham. Ketika gelembung pecah pada awal tahun 2000, banyak investor mengalami kerugian besar.

Saham-saham teknologi yang sebelumnya melonjak tinggi turun dengan cepat, dan nilai pasar saham Nasdaq merosot drastis. Banyak perusahaan yang sebelumnya menjanjikan keuntungan besar menjadi tidak berharga, dan beberapa di antaranya harus menutup pintu mereka.

Perusahaan yang Selamat

Amazon

Namun, meskipun banyak perusahaan dot-com gagal, ada beberapa perusahaan yang berhasil bertahan dan bahkan berkembang pesat setelah bubble pecah. Salah satu contoh paling mencolok dari perusahaan yang masih eksis adalah Amazon.com. 

Didirikan pada tahun 1994 oleh Jeff Bezos, Amazon awalnya memulai sebagai toko buku online. Selama Dot Com Bubble, Amazon mengalami periode ketidakpastian dan kerugian besar. Namun, perusahaan ini berhasil bertahan melalui strategi yang cerdas dan eksekusi yang terampil. 

Amazon terus berinovasi dan memperluas jangkauannya, tidak hanya dalam hal produk yang ditawarkan tetapi juga dalam hal teknologi dan layanan. Saat ini, Amazon adalah salah satu perusahaan teknologi dan e-commerce terbesar di dunia, dengan kehadiran global yang signifikan.

eBay

Perusahaan lain yang berhasil bertahan adalah eBay. Didirikan pada tahun 1995 oleh Pierre Omidyar, eBay adalah platform lelang online yang memungkinkan individu untuk membeli dan menjual barang. Meskipun eBay menghadapi tantangan dan ketidakpastian selama Dot Com Bubble, perusahaan ini berhasil tetap relevan dan berkembang. 

eBay terus memperluas penawarannya dan mengadaptasi model bisnisnya untuk menghadapi perubahan pasar dan teknologi. Saat ini, eBay tetap menjadi salah satu platform e-commerce terkemuka di dunia.

Google

Google, yang didirikan pada tahun 1998 oleh Larry Page dan Sergey Brin, juga merupakan contoh perusahaan yang tidak hanya selamat dari Dot Com Bubble tetapi juga berkembang pesat setelahnya. 

Google memulai sebagai mesin pencari yang menawarkan hasil pencarian yang lebih relevan dan akurat dibandingkan dengan pesaingnya. Setelah Bubble Dot Com pecah, Google terus berinovasi dan mengembangkan produk dan layanan baru, termasuk sistem operasi Android dan platform iklan online yang sangat sukses. 

Apple

Apple adalah contoh lain dari perusahaan yang berhasil bertahan dan berkembang setelah Dot Com Bubble. Meskipun Apple tidak sepenuhnya terlibat dalam gelembung dot-com, perusahaan ini menghadapi tantangan dan ketidakpastian selama periode tersebut.

Namun, di bawah kepemimpinan Steve Jobs, Apple mengalami kebangkitan besar dengan peluncuran produk-produk inovatif seperti iPod, iPhone, dan iPad. Apple berhasil mengubah dirinya menjadi salah satu perusahaan teknologi paling bernilai dan berpengaruh di dunia, dengan ekosistem produk dan layanan yang luas.