<p>PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) telah mempublikasikan Ringkasan Rancangan Penggabungan Usaha (merger) / Dok. Kementerian BUMN</p>
Industri

Merger BSM-BNIS-BRIS: Usai Rekor Tertinggi, Kini Saham BRI Syariah Dibanting ke Bumi Karena Valuasi dan Dilusi

  • Saham BRIS menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah Rp1.690 per lembar pada Kamis, 15 Oktober 2020. Jika dihitung dari level terendah Rp135 per lembar pada 24 Maret 2020, maka saham BRIS sudah meroket 1.151%, fantastis!

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – Aksi merger bank syariah anak usaha bank pelat merah tampaknya masih menjadi sorotan para pelaku pasar modal Tanah Air.

Memang, aksi merger PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT BNI Syariah (BNIS) dan PT BRI Syariah Tbk (BRIS), sempat direspons positif oleh pelaku pasar. Saham BRIS sebagai satu-satunya emiten yang dimerger, meroket tajam dan diburu investor.

Saham BRIS menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah Rp1.690 per lembar pada Kamis, 15 Oktober 2020. Jika dihitung dari level terendah Rp135 per lembar pada 24 Maret 2020, maka saham BRIS sudah meroket 1.151%, fantastis!

Kemudian, jika dihitung sejak menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) Rp510 per lembar pada 9 Mei 2019, maka saham BRIS sudah melonjak 231%. Demikian pula jika dihitung sejak awal tahun (year-to-date/ytd) di level Rp322 per lembar, maka saham BRIS sudah melambung 424%.

Karyawan berktivitas dengan latar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu, 14 Oktober 2020. Rencana merger bank BUMN syariah turut mendorong saham-saham perbankan lainnya, dan mengisi jajaran top gainers hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Profit Taking

Tentu saja, investor saham BRIS sudah memanen cuan akibat sentimen merger bank syariah anak usaha bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Namun, setelah mengangkasa beberapa hari terakhir, saham BRIS seperti dijatuhkan ke bumi.

Pada perdagangan Rabu, 21 Oktober 2020, saham BRIS ditutup anjlok 7% sebesar 105 poin ke level Rp1.395 per lembar. Saham BRIS menjadi salah satu top losers dan top trading value serta volume.

Yup, saham BRIS ditransaksikan sebanyak 557 juta kali atau mewakili 5,3% dari total transaksi di pasar modal hari itu. Saham BRIS juga paling banyak ditransaksikan dari sisi nilai yakni Rp811 miliar atau mewakili 10,1% dari total di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bahkan, saham BRIS menjadi jawara top trading frekuensi sebanyak 81.787 kali ditransaksikan dalam sehari. Jika dihitung dari level tertinggi, maka saham BRIS sudah terjungkal 17,4% hanya dalam kurun waktu sepekan.

Kantor BRI Syariah, Jakarta. Foto: Panji Asmoro/TrenAsia
Dilusi Saham

Penyebab terjerembabnya saham BRIS tak lain adalah terkait dilusi setelah aksi merger ketiga bank syariah itu. Masing-masing dilusi pemegang saham BRIS sebesar 76,2%, BSM 48,8%, dan BNIS 75%.

Untuk BRIS sebagai perusahaan cangkang alias surviving entity, kepemilikan saham sebelum merger terdiri dari tiga pihak. Yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebesar 73%, DPLK BRI-Saham Syariah sebesar 8,53%, dan publik 18,47%.

Untuk saham BSM yang non-listed company, digenggam oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 99,99% dan sisanya PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan, BNIS digenggam oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 99,95% dan sisanya PT BNI Life Insurance.

Nah, setelah merger, kepemilikan saham BRIS akan terdiri dari Bank Mandiri (51,2%), BNI (25%, BRI (17,4%), DPLK BRI – Saham Syariah (2%), BNI Life Insurance (0%), Mandiri Sekuritas (0%), dan Masyarakat (4,4%). Susunan itu akan efektif per 1 Februari 2021 dengan pemegang saham pengendali adalah Bank Mandiri.

Dalam ringkasan rencana merger yang dipublikasikan di BEI, Rabu, 21 Oktober 2020, disebutkan BRI Syariah tidak akan terkena kewajiban penawaran tender (tender offer). Artinya, pengendali baru tidak memiliki kewajiban untuk membeli saham publik yang beredar.

Tender offer tidak dilakukan karena dengan merger tiga bank tersebut tidak terjadi perubahan pengendalian secara tidak langsung. Pemegang saham terakhir alias ultimate shareholders tetap pemerintah.

Menteri BUMN Erick Thohir dan Wamen BUMN Kartika Widjoatmodjo serta Budi Gunadi Sadikin / Dok. Kementerian BUMN
Rights Issue

Dalam mekanisme merger ini, BRIS bakal menerbitkan sebanyak 31,13 miliar saham baru (rights issue) dalam rangka penggabungan atau merger bank syariah BUMN dengan menerima dua entitas lainnya yakni BSM dan BNIS.

Total saham baru yang akan diterbitkan yakni 31.130..700.245 saham sehingga jumlah saham total akan menjadi 40.846.813.743 saham (40,85 miliar saham), dari sebelumnya 9.716.113.498. Saham baru tersebut nantinya akan dikonversi atau diserap oleh pemegang saham yang baru yakni Bank Mandiri dan BNI.

Dalam prospektus tersebut disebutkan skema konversi saham, setiap saham yang dimiliki pemegang saham BSM berhak atas 34,9700 saham tambahan di BRIS (yang mencakup total penambahan 20,91 miliar saham di BRIS), yang merepresentasikan 51,2% peningkatan modal di BRIS.

Sementara itu, setiap saham yang dimiliki pemegang saham BNIS berhak atas 3.500,2767 saham tambahan di BRIS (yang mencakup total penambahan 10,23 miliar saham di BRIS), yang merepresentasikan 25,0% peningkatan modal di BRIS.

Ilustrasi logo bank-bank syariah BUMN yang bakal merger yakni PT BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT BNI Syariah / Repro
Valuasi Biang Kerok

Berdasarkan Laporan Penilaian KJPP Suwendho, Rinaldy dan Rekan, nilai valuasi BRIS adalah Rp7,59 triliun. Pada 30 Juni 2020, jumlah saham BRIS yang beredar adalah 9.716.113.498 saham. Dengan demikian, jumlah valuasi per lembar saham BRIS adalah Rp781,29.

Berdasarkan Laporan Penilaian KJPP Kusnanto dan Rekan, nilai valuasi BSM adalah Rp16,33 triliun. Pada 30 Juni 2020, jumlah saham BSM yang beredar adalah 597.804.387 saham. Dengan demikian, jumlah valuasi per saham BSM adalah Rp27.321,67.

Sementara, berdasarkan Laporan Penilaian KJPP Iwan Bachron dan Rekan, nilai valuasi BNIS adalah Rp7,99 triliun. Pada 30 Juni 2020, jumlah saham BNIS yang beredar adalah 2.921.335 saham. Dengan demikian, jumlah valuasi per saham BNIS adalah Rp 2.734.726,87.

Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menjelaskan, skema merger perusahaan go public biasanya akan dilakukan dengan penerbitan saham baru. Dengan cara itu, otomatis perusahaan yang dimasukkan ke dalam bagian mergernya harus membeli saham baru tersebut.

Ini, sambung dia, bakal membuat saham publik yang ada terdilusi. Namun, dilusi ini tidak akan terlalu terasa lantaran harga saham BRIS juga diperkirakan bakal naik lebih tinggi dalam beberapa waktu mendatang.

“Ini kan sudah go public. Otomatis kalau dia (BRIS) dimerger, harus ada skema itu (penerbitan saham baru). Dia harus samakan jumlah saham yang beredar dengan modalnya dia,” terang Lanjar. (SKO)