honda nissan merger.jpg
Korporasi

Merger Honda-Nissan Berpotensi Rugikan Nissan, Kok Bisa?

  • Proposal awal mencakup pembentukan perusahaan induk yang akan terdaftar di Bursa Efek Tokyo. Honda diproyeksikan menunjuk sebagian besar anggota dewan entitas baru tersebut.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Honda dan Nissan secara resmi mengumumkan kesepakatan merger, dengan target integrasi bisnis mulai akhir Januari 2025. Langkah ini diperkirakan menciptakan grup produsen mobil terbesar ketiga di dunia.

Namun, mantan CEO Nissan, Carlos Ghosn, memperingatkan bahwa merger ini berpotensi merugikan Nissan. Dalam wawancara dengan CNBC International pada 24 Desember 2024, Ghosn, yang memimpin Nissan selama 19 tahun dan membentuk aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi, menyampaikan kekhawatirannya.

Menurut Ghosn, Honda, dengan kapitalisasi pasar yang empat kali lebih besar dari Nissan, kemungkinan besar akan menjadi pengendali utama dalam entitas gabungan tersebut. "Saya pikir, tanpa diragukan lagi, Honda akan memegang kendali. Hal ini sangat menyedihkan setelah saya membawa Nissan ke garis depan industri," ujar Ghosn dikutip pada Kamis, 26 Desember 2024.

Ia juga menambahkan, "Tidak ada pelengkap signifikan antara Nissan dan Honda. Sinergi hanya akan tercipta melalui pengurangan biaya, penghapusan duplikasi, atau teknologi. Sayangnya, semua ini pada akhirnya akan membebani Nissan sebagai mitra minoritas."

Detail Proposal Merger

Spekulasi merger ini dimulai pada awal Desember 2024. Pada 23 Desember 2024, kedua perusahaan mengonfirmasi pembicaraan resmi dalam konferensi pers.

Proposal awal mencakup pembentukan perusahaan induk yang akan terdaftar di Bursa Efek Tokyo. Honda diproyeksikan menunjuk sebagian besar anggota dewan entitas baru tersebut. Mitsubishi, mitra strategis Nissan, juga akan terlibat dalam pembicaraan merger ini.

Jika kesepakatan terwujud, grup gabungan ini diperkirakan memiliki valuasi sebesar $54 miliar. Dengan nilai tersebut, grup ini akan melampaui Hyundai dan menjadi produsen mobil terbesar ketiga di dunia, setelah Toyota dan Volkswagen.

Langkah ini juga mencerminkan tren konsolidasi dalam industri otomotif global, yang didorong oleh biaya tinggi dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik dan otonom.

Para eksekutif Honda dan Nissan optimistis bahwa merger ini akan memungkinkan mereka berbagi sumber daya secara lebih efisien. Mereka memperkirakan laba operasional jangka panjang akan meningkat hingga 3 triliun yen (sekitar US$19,1 miliar).

Tantangan dan Kekhawatiran

Carlos Ghosn menilai merger ini sebagai langkah panik dari Nissan, yang tengah mencari penyelamatan di tengah restrukturisasi besar-besaran. Restrukturisasi yang diumumkan pada November 2024 tersebut mencakup pengurangan kapasitas produksi global sebesar 20% dan pemutusan hubungan kerja terhadap 9.000 karyawan.

Selain itu, beberapa investor menyuarakan kekhawatiran terhadap keberhasilan merger ini. Kei Okamura, Wakil Presiden Senior di Neuberger Berman, menekankan bahwa meskipun prospek jangka pendek terlihat menarik, terdapat banyak ketidakpastian dalam pelaksanaan integrasi pasca-merger.

"Integrasi pasca-merger akan sangat penting," ujar Okamura. "Tanpa harmonisasi sumber daya manusia, aset, dan budaya perusahaan, kesepakatan ini berpotensi gagal."

Merger antara Honda dan Nissan menawarkan peluang besar untuk menciptakan raksasa baru di industri otomotif. Namun, tantangan besar dalam pelaksanaan, termasuk pengelolaan sumber daya dan integrasi budaya perusahaan, akan menjadi penentu keberhasilan kesepakatan ini.

Hingga saat ini, Honda belum memberikan tanggapan lebih lanjut, sementara Nissan memilih tidak menambahkan komentar selain pernyataan resminya. Apakah merger ini akan menjadi peluang strategis atau malah menjadi ancaman bagi Nissan, hanya waktu yang akan membuktikannya.