Head of PR Xendit Astri Permatasuri dalam konferensi pers, Selasa 14 Desember 2021
Fintech

Meroket 250 Persen, Xendit Bukukan Nilai Transaksi Rp176,17 Triliun

  • Unicorn payment gateway Xendit mengantongi nilai transaksi sebesar US$12 miliar atau setara dengan Rp176,17 triliun
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Unicorn payment gateway Xendit mengantongi nilai transaksi sebesar US$12 miliar atau setara dengan Rp176,17 triliun (asumsi kurs Rp14.348 per dolar Amerika Serikat).

Nilai tersebut berasal dari total transaksi sepanjang 2021 sebanyak lebih dari 150 juta transaksi. Head of PR Xendit Astri Permatasuri menyampaikan transaksi tahun ini melesat 250% year in year (yoy).

“Pertumbuhan tahunannya melampaui bulanan yang naik sebanyak 12 persen,” kata Astri dalam konferensi pers, Selasa 14 Desember 2021.

Dari akumulasi transaksi Xendit, terdapat lebih dari 3.000 merchant aktif yang terdiri atas 90% UMKM dan 10% perusahaan. 

Dalam catatan Xendit, ada beberapa kategori yang mengalami pertumbuhan transaksi yang cukup signifikan. Seperti misalnya sektor jasa keuangan yang meliputi software akuntansi, investasi, dan asuransi tumbuh 150%. 

Pertumbuhan tertinggi dipegang oleh kategori produk digital yang tumbuh 400% yaitu meliputi Ed-tech, Saas, dan Health-tech. Disusul oleh sektor jasa  juga termasuk yang mengalami pertumbuhan pesat yaitu sekitar 300%. 

“Bisnis yang masuk dalam sektor ini ialah sekolah, logistik, dan juga wedding. Jasa wedding ini menarik  karena sekarang banyak  yang virtual akhirnya mereka menggunakan layanan seperti QRIS untuk menerima hadiah pernikahan,” jelas Astri.

Selain itu, Astri juga menyebutkan, saat ini ada pergeseran tren pembayaran di Indonesia yang pada 2020, virtual account masih menjadi juara dengan kontribusi 53%. Sedangkan pada 2021, hal tersebut harus digeser dengan penggunaan e-wallet yang naik dari 24% menjadi 43% sehingga menjadi yang paling banyak digunakan.

Selain itu, penggunaan QR Code juga lebih populer di tahun 2021 dengan kontribusi 7%. Hal tersebut sejalan dengan dorongan penggunaan QRIS oleh Bank Indonesia. Sementara kartu kredit dan ritel outlet sedikit mengalami penurunan tahun ini.

“Kami lihat trennya pembayaran digital dengan adanya berbagai macam channel pembayaran elektronik,” ucap Astri.