<p>Ilustrasi: Mata Uang Kripto Bitcoin / bitocto.com</p>
Dunia

Merosotnya Aset Kripto di Awal Tahun 2022 Indikasikan Semakin Kuatnya Pengaruh The Fed dan Pasar Global

  • Kemerosotan harga sebagian besar mata uang kripto pada awal tahun 2022 mengindikasikan semakin kuatnya pengaruh The Fed (Federal Reserve System) dan pasar global dalam fluktuasi harga mata uang digital.
Dunia
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA – Kemerosotan harga sebagian besar mata uang kripto di awal tahun 2022 mengindikasikan semakin kuatnya pengaruh pergerakan harga aset lain di pasar global. 

Pada awal tahun 2021, Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH) dan mata uang kripto lainnya mengalami kenaikan harga karena dukungan adopsi institusional dan tren ekonomi makro. 

Akan tetapi, setahun kemudian, sebagian besar aset kripto mengalami penurunan yang cukup tajam.

Menurut riset Coin Metrics, selama setahun terakhir aset kripto semakin terikat dengan pergerakan harga aset lainnya, misalnya saham

Harga saham jatuh bersamaan dengan aset mata uang kripto karena pasar global sedang beradaptasi dengan sikap The Fed (Federal Reserve System) yang tengah agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga untuk meredam inflasi

Pada penutupan pasar di hari Rabu, 25 Januari 2022, NASDAQ Composite Index berada di angka 13.539,3 atau turun sekitar 13,46% jika dibandingkan dengan penghujung tahun. Suku bunga yang ditingkatkan melalui kebijakan moneter The Fed pun berdampak kepada berkurangnya permintaan untuk aset-aset berisiko seperti saham teknologi dan kripto.

Perubahan dalam lingkungan makro telah berdampak negatif pada nyaris semua pasar utama, dan aset yang dianggap berisiko tinggi seperti saham teknologi dan kripto mengalami pukulan yang cukup telak. Merosotnya aset kripto pada tahun ini berbeda dengan crypto crash pada tahun 2018 yang tidak berkorelasi dengan crash pada saham teknologi atau ekuitas lainnya.

Kekhawatiran investor akan inflasi dan kebijakan The Fed pun menjadi penyebab turunnya saham teknologi yang pada gilirannya diikuti pula oleh menurunnya aset kripto. Selain kebijakan moneter The Fed, hal lain yang turut berpengaruh kepada pengurangan risiko dari para investor adalah ketidakpastian regulasi beberapa negara terkait perdagangan mata uang kripto. 

Salah satunya adalah Rusia yang beberapa waktu lalu sempat dihinggapi isu soal pelarangan mata uang kripto di negaranya. Namun, muncul bantahan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rusia terkait wacana tersebut. 

Pada Rabu, 26 Januari 2022 pukul 12.34 WIB, pasar kripto perlahan mulai terapresiasi. Dalam jangka waktu sehari, Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 4,89% ke harga US$37.682. Meski demikian, jika dihitung dalam jangka waktu sepekan terakhir, Bitcoin masih mengalami koreksi sebesar 9,82%.

Bitcoin menguat, apakah tren positif akan berlanjut?

Pada Rabu, 26 Januari 2022 pukul 12.34 WIB, pasar kripto perlahan mulai terapresiasi. Dalam jangka waktu sehari, Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 4,89% ke harga US$37.682. Meski demikian, jika dihitung dalam jangka waktu sepekan terakhir, Bitcoin masih mengalami koreksi sebesar 9,82%.

Chief Executive Officer (CEO) Litedex Protocol Andrew Suhalim mengatakan, untuk bisa melanjutkan tren positif, Bitcoin setidaknya harus bisa menembus level 50% persen fibonnaci di angka 38.2000 hingga 38.700.

Jika Bitcoin mampu menembus tingkatan tersebut, maka secara teknikal Bitcoin diproyeksi dapat masuk ke area resistance 40.500 hingga 43.000. Untuk area support-nya sendiri diperkirakan Bitcoin berada di level 23% fibonnaci, yakni di angka 35.500 sampai dengan 34.500. 

“Investor diharapkan masih wait and see. Jika harga menembus level 50% fibonnaci, maka disarankan untuk buy atau entry ke market. Jika pullback, maka harga bisa kembali ke level support,” ujar Andrew dalam keterangan resmi yang diterima TrenAsia.com, Kamis, 26 Januari 2022.