<p>Suasana pengunjung di Mall Pasific Place, kawasan SCBD, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Meski Boleh Buka, Pengusaha Mal Nilai PSBB Kali Ini Lebih Berat

  • JAKARTA – Meski mal di Jakarta masih boleh beroperasi, namun Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berpotensi menekan arus kas (cashflow) perusahaan. Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah mendengarkan keluhan pengusaha mal. Kendati demikian, PSBB akan menurunkan trafik pengunjung mal, […]

Industri
wahyudatun nisa

wahyudatun nisa

Author

JAKARTA – Meski mal di Jakarta masih boleh beroperasi, namun Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menilai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berpotensi menekan arus kas (cashflow) perusahaan.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah mengatakan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah mendengarkan keluhan pengusaha mal. Kendati demikian, PSBB akan menurunkan trafik pengunjung mal, sebab resto hanya diizinkan delivery order atau take away.

“Jadi nanti hanya ojol atau kurir yang mengantarkan makanan, tentu ini akan membuat toko lebih sepi. Makin membuat rugi dari sisi sewa, listrik, dan tenaga kerja. Dan pastinya perusahaan makin berat cashflow-nya karena harus buka tapi tidak ada omzet,” kata Budihardjo, Minggu, 13 September 2020.

Menurutnya, kondisi saat ini jauh lebih berat ketimbang penerapan PSBB di awal masa pandemi. Pasalnya, pada April sampai Juni rata-rata perusahaan masih bisa berdiri dari cashflow yang didapatkan sebelumnya.

“Namun setelah itu uang menipis dan habis,” tuturnya. Akibatnya, banyak perusahaan melakukan pinjaman serta mengeluarkan cadangan kas untuk membiayai operasional hingga Agustus kemarin.

“Kami menyelenggarakan hari belanja diskon untuk menaikkan trafik dan penjualan, kami yakinkan orang kembali ke mal. Ada kenaikan terjadi, tetapi belum sempat pulih benar sudah ada PSBB dengan posisi cashflow menipis,” sebut dia.

Budihardjo mengaku saat ini kondisi cashflow pengusaha mal cukup memprihatinkan. Jumlahnya hanya tersisa 10-20%. Sisa dana itu tidak akan bisa menutup biaya operasional jika kebijakan pembatasan ini berlangsung lebih lama.

Oleh karena itu, asosiasi pengusaha mal ini berharap pemerintah dapat memberikan bantuan dari beberapa aspek. Misalnya, dari sisi pajak, keringanan sewa kepada pengelola mal, keringanan tagihan kepada para supplier, dan menopang gaji karyawan.

“Kami berharap semua dibantu, karena bagaimana caranya beroperasi tanpa omset? Maka dari itu, PSBB kali ini akan lebih berat dibandingkan periode sebelumnya sebab trafik makin menipis dan cashflow sudah tidak ada,” ujarnya.