hrta.jpg
Korporasi

Meski Harga Emas Dunia Melemah, Hartadinata Abadi (HRTA) Raup Laba Bersih Rp133 Miliar

  • PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatatkan kinerja positif karena mampu bertahan di saat harga emas dunia sedang melemah.

Korporasi

Liza Zahara

JAKARTA - PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatatkan kinerja positif hingga semester I-2022 karena masih mampu mencatatkan kenaikan laba bersih hingga pendapatan di saat harga emas dunia sedang melemah.

Berdasarkan keterangan resmi perseroan yang dikutip Senin, 15 Agustus 2022, HRTA mencatatkan laba bersih sebesar Rp133,24 miliar pada pertengahan 2022 atau meningkat 40,66% secara year on year (yoy).

Pertumbuhan tersebut juga diikuti oleh pendapatan perseroan sebesar Rp3,22 triliun yang meningkat 31,18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Tumbuhnya pendapat tersebut didorong oleh peningkatan penjualan emas murni sebanyak 3,62 ton pada semester I-2022 atau naik 27,26% dari sebelumnya 2,84 ton pada semester I-2021.

Sedangkan, harga rata-rata jual tercatat di level Rp876,429/gram pada pertengahan tahun 2022. Perolehan tersebut meningkat 3,05% dari Rp850,482/gram  pada periode yang sama di semester I-2021.

Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto mengatakan, pencapaian pertumbuhan kinerja HRTA tersebut didominasi oleh penjualan EmasKita dan Kencana yang mencapai 45% dari total pendapatan konsolidasian.

"Kami juga bekerja sama dengan PT Emas Antam Indonesia (EAI) untuk terus berinovasi pada produk emas batangan dengan menambahkan fitur BullionProtect," kata Sandra dalam keterangan resmi.

Sandra menjelaskan, BullionProtect merupakan teknologi terbaru untuk mejaga keaslian logam mulia yang dikembangkan oleh SICPA dengan METALOR Technologies.

BullionProtect ditambahkan pada produk emas murni batangan ukuran 10 gram, 25 gram, 50 gram, dan 100 gram.

Selanjutnya, melalui peluncuran e-commerce emaskita.id diharapkan dapat mendorong penjualan EmasKITA dan Kencana. Melalui e-commerce tersebut dapat diakses langusng oleh pelanggan untuk membeli produk EmasKITA dan KENCANA melalui buyback.

Hal itu didukung dengan penjualan grosir yang masih mendominasi sebanyak 89,83%, kemudian penjualan eceren 8,81% dan bisnis gadai 1,10%.

Untuk ROA dan ROE juga mengalami peningkatan ke level 6,89% dan 16,62%.