Meski Menguat, Rupiah Masih Dibayangi Stagflasi dan Pengetatan Suku Bunga The Fed
- Meski menguat 16 poin, nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat karena adanya isu stagflasi
Pasar Modal
JAKARTA – Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) terpantau menguat pada perdagangan via Bloomberg, Rabu, 8 Juni 2022 pukul 11.40 WIB terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp14.470 per dolar AS, naik hingga 16 poin setara 0,11% dibanding penutupan kemarin di level Rp14.454.
Analis Keuangan Ariston Tjendra menaksir nilai tukar rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat karena adanya isu stagflasi. Tercatat, isu stagflasi ini dikarenakan kenaikan harga akibat perang di Ukraina yang dapat memicu krisis keuangan di negara berkembang.
"Berdasarkan laporan riset World Bank, resesi akan sulit dihindari. Oleh karena itu, untuk tahun ini World Bank memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,1% menjadi 2,9%. Potensi pelemahan rupiah di kisaran Rp14.500 dengan potensi support di kisaran Rp14.450," kata Ariston kepada TrenAsia.com, Rabu, 8 Juni 2022.
- Jokowi Lantik Bos Garudafood Sudhamek Jadi Dewan Pengarah BPIP
- Bukan Batal, BEI Beberkan Alasan Hoffmen Cleanindo (KING) Pasang Status Canceled di Laman E-IPO
- 4 Sasaran dan Fokus Kebijakan Penyusunan Anggaran Kemenhub di 2023
- Antisipasi Keterbatasan Fiskal, Menhub Pilih-Pilih Prioritas Pembangunan Infrastruktur
Sementara itu, peringatan yang dikeluarkan World Bank dapat memberikan sentimen negatif nilai tukar emerging market terhadap dolar Amerika Serikat.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani memberikan peringatan terkait potensi krisis keuangan akibat kebijakan pengetatan moneter Amerika Serikat yang kemungkinan berdampak ke Indonesia.
Tidak hanya itu, isu The Fed yang akan menaikan kembali suku bunga acuan Amerika Serikat secara agresif juga masih menekan nilai tukar lain terhadap dolar Amerika Serikat.