LRT City Jatibening merupakan salah satu dari 11 proyek hunian konsep Transit Oriented Development (TOD) yang sedang berjalan dari PT Adhi Commuter Properti (ADCP), pengembang properti terintegrasi dengan transportasi massal pertama dan terbesar di Indonesia. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Meski Miliki Prosepek Cerah, Perhatikan Juga Tantangan Hunian TOD di Indonesia

  • PT Colliers Indonesia mengungkapkan hunian Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia memiliki prospek cerah.

Industri

Liza Zahara

JAKARTA - PT Colliers Indonesia mengungkapkan hunian Transit Oriented Development (TOD) di Indonesia memiliki prospek cerah.

Hal itu berdasarkan pembangunan infrastruktur berkembang pesat di Jakarta dan Kota-kota sekitarnya. Terlihat dari perkembangan transportasi massal seperti Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan peningkatan kualitas Kereta Listrik (Commuterline) yang mendukung konsep pembangunan wilayah yang terintegrasi dengan jaringan transportasi massal.

Director Capital Markets & Investment Service Colliers Indonesia Steve Atherton megatakan, meski memiliki prospek cerah pengembangan TOD di Indonesia juga memiliki beberapa tantangan.

"Kendala pertama yang akan dihadapi adalah terkait aspek lokasi. Selain itu, Pemerintah Indonesia masih perlu menyempurnakan beberapa regulasi agar menjadi lebih ideal," kata Steve dalam keterangan resmi, dikutip pada Jumat, 1 April 2022.

Steve menambahkan, kawasan TOD kebanyakan berada di kawasan yang sudah mapan dan maju sehingga diperlukan kajian mendalam untuk bisa menerapkan konsep TOD yang baru.

Mengenai regulasi hunian TOD, menurut Steve dalam penyusunan sebuah aturan banyak pihak yang harus dilibatkan dan pastinya hal itu memakan waktu lama.

Dirinya mencotohkan, ketika pemerintah ingin melakukan pelebaran trotoar maka perlu dilakukan koordinasi dengan berbagai instansi seperti Dinas Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Pertamanan dan Pemakaman, hingga PLN. 

Hunian TOD yang Ideal

Menurut Steve dalam keterangannya, suatu kawasan TOD yang bisa dikatan ideal, apabila akses menuju simpul transportasi masal dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda dalam kurun waktu 10-15 menit atau sejauh 400-800 meter (m) dan harus terkoneksi dengan baik.

Kemudian, memperhatikan kenyaman bagi semua kalangan seperti lansia, ibu hamil, anak-anak, dan penyandang disabilitas. Dalam pengembangan properti harus multi fungsi dan terintegrasi.

Pengembangan TOD memiliki konsep yang luas, tidak hanya pengembangan satu fungsi. Melainkan tentang pengembangan kawasan terpadu yang sebaguna dan memiliki berbagai fungsi, seperti pemukiman, komersial, ruang publik, rekreasi, fasilitas kesehatan dan sekolah.