<p>Gedung Krakatau Steel, Jakarata. Foto: Panji Asmoro</p>
Korporasi

Setelah Rugi Terus, Krakatau Steel Akhirnya Raup Laba Rp332,8 Miliar Sepanjang 2020

  • Emiten pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) meraup laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$23,6 juta atau setara Rp332,8 miliar (asumsi kurs Rp14.105 per dolar Amerika Serikat) sepanjang tahun buku 2020.

Korporasi

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Emiten pelat merah PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) meraup laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$23,6 juta atau setara Rp332,8 miliar (asumsi kurs Rp14.105 per dolar Amerika Serikat) sepanjang tahun buku 2020.

Capaian ini berhasil diperoleh setelah sebelumnya perseroan merugi hingga Rp7,1 triliun pada periode yang sama 2019.

Namun, pendapatan KRAS pada periode ini justru turun 5% year-on-year (yoy) dari Rp20 triliun pada 2019, menjadi Rp19 triliun pada 2020.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, dampak pandemi COVID-19 terhadap perseroan mulai terasa pada awal kuartal-II tahun lalu.

“Volume penjualan mengalami penurunan sebesar 39% disebabkan oleh rendahnya permintaan baja di industri hilir maupun pengguna,” katanya dalam keterangan resmi yang dirilis di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 25 Mei 2021.

Hal ini, lanjutnya, menuntut manajemen untuk melakukan inisiatif tambahan guna menjaga kelanjutan pasokan produk baja untuk memenuhi kebutuhan nasional.

KRAS pada periode ini melakukan efisiensi, salah satunya tampak dari beban pokok pendapatan yang berhasil ditekan. Jika pada 2019 beban pokok pendapatan tercatat minus Rp19,7 triliun, pada periode ini nilainya lebih rendah, yakni minus Rp17 triliun.

Kemudian untuk total liabilitas, nilainya naik 3,14% yoy menjadi Rp42,7 triliun. Pada periode yang sama 2019, total liabilitas yang dibukukan sebesar Rp41,4 triliun.

Peningkatan ini juga terjadi pada total ekuitas, kenaikan sebesar 29,2% yoy dari Rp4,89 triliun pada 2019 menjadi Rp6,32 triliun pada 2020.

Adapun total aset KRAS masih tumbuh meski tipis, yakni Rp49 triliun atau meningkat 6,06% yoy dibandingkan dengan Rp46,2 triliun pada 2019.

Silmy mengaku, pada tahun ini pihaknya akan mengoptimalisasi kerja sama pabrik hulu (iron and steel making) dengan mitra strategis untuk pengembangan bisnis long product dan peningkatan bisnis baja flat product.

“Kami akan mengundang investor baru untuk membentuk perusahaan patungan iron & steel making (ISM). Inisiatif ini dilatarbelakangi oleh potensi pengoperasian kembali untuk menjamin ketersediaan bahan baku kompetitif,” ujarnya.

Melalui kerjasama ini, KRAS kaan mengoptimalisasi aset nonproduktif. Saat ini, katanya, manajemen sedang melakukan pembicaraan dengan investor strategis untuk memastikan rencana tersebut dapat dijalankan. (RCS)