Ilustrasi kredit perbankan.
Perbankan

Meski Pertumbuhannya Kencang, Penyaluran Kredit Indonesia Terbilang Masih Mini

  • Hal ini tercermin dari rasio kredit terhadap PDB yang relatif kecil. Berdasarkan data tahun 2023, PDB Indonesia dengan harga berlaku mencapai Rp20.892,4 triliun. Namun, penyaluran kredit perbankan pada periode yang sama hanya sebesar Rp7.044,8 triliun, atau sekitar 33% dari total PDB.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Kontribusi kredit perbankan terhadap perekonomian Indonesia masih tergolong rendah, terutama jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB). 

Hal ini tercermin dari rasio kredit terhadap PDB yang relatif kecil. Berdasarkan data tahun 2023, PDB Indonesia dengan harga berlaku mencapai Rp20.892,4 triliun. Namun, penyaluran kredit perbankan pada periode yang sama hanya sebesar Rp7.044,8 triliun, atau sekitar 33% dari total PDB.

Menurut Wholesale Banking Director UOB Indonesia, Harapman Kasan, rasio kredit terhadap PDB di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. 

Di beberapa negara, rasio kredit setara atau bahkan lebih tinggi dari PDB, dengan perbandingan 1:1 atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki ruang yang besar untuk meningkatkan penyaluran kredit.

Likuiditas Perbankan dan Peluang Penyaluran Kredit

Meskipun ruang penyaluran kredit masih terbuka lebar, tantangan utama yang dihadapi sektor perbankan di Indonesia adalah ketersediaan likuiditas. 

Harapman Kasan menekankan pentingnya langkah-langkah komprehensif untuk menarik lebih banyak dana, terutama dari kalangan orang kaya, agar mereka bersedia menyimpan dananya di dalam negeri. 

“Kita perlu memikirkan cara memberikan insentif agar mereka mau menaruh uang di Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers UOB Economic Outlook 2025 di Jakarta pada Rabu, 25 September  2024. 

Pertumbuhan Kredit Meningkat di Tahun 2024

Di sisi lain, penyaluran kredit di tahun 2024 mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Hingga Agustus 2024, sektor perbankan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 10,9% secara tahunan (year on year/yoy), dengan total penyaluran kredit mencapai Rp7.441,9 triliun.

Kontribusi terbesar berasal dari kredit korporasi yang menyumbang 53,27% dari total kredit, sedangkan kredit kepada debitur perorangan menyerap sisanya. Dari segi jenis penggunaan, kredit konsumsi menyumbang 28,61% atau sekitar Rp2.129,4 triliun dari total penyaluran kredit.

Dengan demikian, kredit produktif yang meliputi modal kerja dan investasi mengambil porsi terbesar, yaitu lebih dari 70% dari total kredit yang disalurkan perbankan hingga Agustus 2024.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang Lebih Lambat

Meskipun penyaluran kredit mengalami peningkatan yang signifikan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) berjalan lebih lambat. Per-Agustus 2024, DPK hanya tumbuh sebesar 6,8% yoy menjadi Rp8.364,7 triliun. Pertumbuhan DPK dari nasabah perorangan hanya meningkat 1% secara tahunan, sementara nasabah korporasi tumbuh lebih cepat, yakni 13,4% yoy.

Ia menegaskan bahwa sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap PDB belum mendapatkan porsi kredit yang memadai dari perbankan. 

“Ada sektor-sektor yang kontribusinya besar terhadap PDB, namun persentase pinjaman yang mereka terima masih rendah,” ungkap Enrico dalam kesempatan yang sama. 

Sektor-sektor yang ia maksud, antara lain, adalah sektor agrikultur dan manufaktur. Menurut Enrico, perlu adanya strategi khusus untuk meningkatkan penyaluran kredit ke sektor-sektor ini, agar dapat berkontribusi lebih besar dalam perekonomian nasional.

UOB Targetkan Kredit Tumbuh 20 Persen 

PT Bank UOB Indonesia menargetkan peningkatan penyaluran kredit hingga 20% secara tahunan pada akhir tahun 2024. 

Target ini jauh melampaui proyeksi Bank Indonesia yang berada di kisaran 10%-12% yoy. Harapman menyatakan bahwa pihaknya juga menargetkan pertumbuhan kredit pada level yang sama di tahun depan.

"Angka ini termasuk cukup tinggi karena kita memperkirakan pertumbuhan industri kredit sekitar 10%-12%," ungkap Harapman.

Harapman menjelaskan, target ambisius ini sejalan dengan strategi UOB Indonesia sebagai bank regional yang berfokus pada kawasan Asia Tenggara. 

Keunggulan UOB dalam Penyaluran Kredit

Salah satu keunggulan UOB adalah mendukung aktivitas perdagangan ekspor dan impor di Indonesia serta memfasilitasi arus masuk dana asing ke dalam negeri.

Berdasarkan laporan keuangan semester I-2024, UOB Indonesia telah menyalurkan kredit sebesar Rp96,64 triliun, meningkat 23% yoy. Pertumbuhan kredit tersebut juga berkontribusi pada kenaikan total aset bank sebesar 15,97% yoy menjadi Rp168,26 triliun.

Di sisi lain, industri perbankan secara keseluruhan mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit, yakni 10,9% yoy dengan total kredit mencapai Rp7.441,9 triliun pada Agustus 2024. 

Kredit korporasi mendominasi dengan kontribusi sebesar 53,27%, sementara sisanya diserap oleh debitur perorangan. 

Dari segi penggunaan, kredit konsumsi memberikan sumbangan sebesar 28,61% atau setara dengan Rp 2.129,4 triliun, sedangkan kredit produktif untuk modal kerja dan investasi menyerap lebih dari 70% dari total kredit yang disalurkan hingga Agustus 2024.

Dengan fokus pada pembiayaan perdagangan dan mendukung sektor korporasi, UOB Indonesia optimistis dapat terus mendorong pertumbuhan kredit secara berkelanjutan di tengah tren pertumbuhan industri yang positif.