Petani memanen padi di sebuah area persawahan di kawasan Bogor,  Jawa Barat,  Senin, 23 Agustus 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Fintech

Meski Start Up Pertanian Menjamur, Tapi Dampak ke Petani Kecil Ternyata Nihil

  • Research Associate Center of Reform on Economics (CORE Indonesia), Dwi Andreas menyebut, dampak ekonomi digital ke sektor pertanian masih kecil
Fintech
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA – Research Associate Center of Reform on Economics (CORE Indonesia), Dwi Andreas menyebut, dampak ekonomi digital ke sektor pertanian di tataran akar rumput masih sangat kecil.

Berdasarkan survey dampak ekonomi digital terhadap petani yang dilakukan CORE Indonesia terhadap Asosiasi Bank dan Benih Tani Indonesia (AP2TI), kelompok petani kecil menjadi yang paling sedikit terdampak digitalisasi.

“Kelompok petani kecil dengan lahan kurang dari 0,5 hektar hasilnya 0,0 persen. Ekonomi digital sama sekali tidak berdampak ke kelompok tani kecil,” kata Dwi dalam Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021, Rabu 29 Desember 2021.

Kemudian, pada kelompok tani dengan lahan lebih dari 0,5 hektar merasakan dampak penggunaan teknologi informasi sebesar 4,76%. Lalu kelompok petani yang sekaligus bergerak di bidang pengolahan sebesar 14,29%.

Selanjutnya, individu, organisasi atau koperasi yang membantu petani memasarkan produknya terdampak hingga 28,57%. Terakhir, kelompok pedagang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sendiri menerima manfaat digitalisasi hingga 42,86%.

“Kemunculan pemain-pemain baru di sektor pertanian dengan slogannya melindungi petani dan memotong rantai pasok ternyata tidak dinikmati oleh petani, melainkan pedagang,” tegas Dwi.

Asal tahu saja, Indonesia memiliki banyak perusahaan rintisan (start up) di bidang pertanian alias agritech. Beberapa di antaranya bahkan digadang-gadang berpotensi besar untuk menyandang status unicorn, seperti misalnya TaniHub, Igrow, dan Karsa.

Kendati dampaknya masih nihil pada kelompok tani kecil, faktanya transformasi digital menjadi pekerjaan rumah sekaligus peluang yang menjanjikan di masa depan.

Menurut laporan Driving the Growth of Agritech Ecosystem in Indonesia dari DSinnovate bersama Crowde, industri pertanian Tanah Air memiliki potensi besar untuk menggarap digitalisasi di sektor pertanian. 

Laporan itu menyebut, Indonesia memiliki 33,4 juta petani pada 2018. Dari total tersebut, hanya 4,5 juta atau 13,44% di antaranya yang telah memiliki akses ke internet.