Meski US$1,24 Miliar Modal Asing Keluar, Neraca Pembayaran Diprediksi Surplus
JAKARTA – Kendati aliran modal asing keluar (net outflows) sebesar US$1,24 miliar, Perry menyebut secara keseluruhan neraca pembayaran pada triwulan III tahun ini akan mengalami surplus. Hal ini dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, prediksi tersebut didukung oleh potensi kenaikan surplus neraca perdagangan triwulan III 2020 yang relatif besar […]
Industri
JAKARTA – Kendati aliran modal asing keluar (net outflows) sebesar US$1,24 miliar, Perry menyebut secara keseluruhan neraca pembayaran pada triwulan III tahun ini akan mengalami surplus. Hal ini dipengaruhi oleh perbaikan ekspor dan penyesuaian impor.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, prediksi tersebut didukung oleh potensi kenaikan surplus neraca perdagangan triwulan III 2020 yang relatif besar jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
“Pada Juli sampai Agustus 2020, neraca perdagangan mencatat surplus US$5,57 miliar,” kata Perry dalam konferensi daring, Selasa, 13 Oktober 2020.
Sementara itu, ia merinci per 9 Oktober 2020, aliran modal asing yang masuk (net inflows) sebesar US$0,33 miliar. Sementara itu, posisi cadangan devisa pada akhir September 2020 tetap tinggi, yakni US$135,2 miliar.
Ke depan, ia pun memperkirakan defisit transaksi berjalan 2020 di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Defisit transaksi berjalan tahun 2020 tetap rendah sehingga terus mendukung ketahanan sektor eksternal,” ungkapnya.
Kemudian, nilai tukar rupiah juga tetap terkendali. Penguatan rupiah pada Oktober 2020 didorong oleh kembalinya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik. Investor, katanya, masih yakin terhadap prospek perekonomian domestik.
BI pun memandang penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang masih undervalued.
“Kami akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta bekerja dengan mempertimbangkan efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” ungkap Perry.