<p>Awak media mengambil gambar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Agustus 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,78 persen atau 143,4 poin ke level 5.006,22 pada akhir sesi Senin (3/8/2020), setelah bergerak di rentang 4.928,47 &#8211; 5.157,27. Artinya, indeks sempat anjlok 4 persen dan terlempar dari zona 5.000. Risiko penurunan data perekonomian kawasan Asean termasuk Indonesia menjadi penyebab (IHSG) terkoreksi cukup dalam hari ini. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Meskipun Dibayangi Pandemi COVID19, January Effect Potensi Bawa IHSG ke 6,688

  • Ideks Harga Saham Gabungan (IHSG), selama tahuan 2021 ditutup dengan cukup baik, dengan menguat ke level 6.600,68, yakni di level 6.723,39 pada 22 November 2021,u naik 10,4%, meskipun masih dalam banyang - bayang pandemi COVID19.

Pasar Modal

Merina

Merina

Author

JAKARTA - Ideks Harga Saham Gabungan (IHSG), selama tahuan 2021 ditutup dengan cukup baik, dengan menguat ke level 6.600,68, naik 10,4%, meskipun masih dalam banyang - bayang pandemi COVID19, bahkan sempat menembus angka tertinggi i di level 6.723,39 pada 22 November 2021.

Meskipun sempat terkoreksi akibat munculnya COVID19 varian Omicron, Analis berpendapat January Effect masih akan tersedia pada awal tahun ini.

Sedangkan berdasarkan data dari RTI Business IHSG ditutup menguat 6665,308 atau naik 1,27% pada perdagangan perdana, Senin, 3 Desember 2022.

Muhammad Nafan Aji Gusta Utama Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengungkapkan Fenomena January Effect yang didukung dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi RI 2022, memiliki dampak baik terhadap IHSG Di level support 6.609 - 6.590 dan level Resistance 6,654 - 6,688.

"Akselerasi program vaksinasi massal, pemerintah dinilai efektif dalam mengendalikan pandemi COVID-19 di tanah air, dan data makroekonomi domestik yang menunjukkan hasil yang progresif," ujarnya pada TrenAsia.com, Senin, 3 Januari 2022.

Seperti yang dilansir dari laman resmi Badan Pusat Statistik. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai Rp4.325,4 triliun atau atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.815,9 triliun.

Tren baik IHSG ini juga disebabkan oleh harga komoditas yang memiliki tren bagus didukung dengan kenikan demand, dan tren impor di negara maju.

Nafan menambahkan meskipun berpotensi menguat pada January Effect, IHSG masih harus waspada dengan gangguan yang dapat menekan nilai IHSG.

"Secara garis besar, terdapat faktor Omicron variant, supply chain disruption, stagflation, China's switching policy, normalisasi perekonomian global, normalisasi moneter, pengurangan stimulus," Imbuhnya

Seperti yang diketahui, berdasarkan laman resmi WHO, saat ini kasus COVID19 di dunia telah mencapai 281,808,270 kasus di dunia, sedangkan di Indonesia telah mencapai 4.263.168 kasus.

Di sisi lain, FED atau suku bunga Bank Sentral  Amerika Serikat tengah mengalami kenaikan pada tahun ini, kenaikan tersebut akan berpengaruh terhadap suku bunga negara lainnya, dan berdampak pada penekanan IHSG.

Berikut saham yang direkomendasikan untuk dibeli

1.BBNI 
Market Capt  : 131,430 
Eps Growth : 201,6 - 52,7
Roe : 8,5% - 11,9
2.  BTPS
Market Capt : 27,964
Eps Growth : 71,17 - 37,9
Roe : 22,2 - 25,6
3. BJTM 
Market Capt : 11,487
Eps Growth : -7,6 - 12,4
Roe : 13,3 - 14,0
4. BBRI
Market Capt :639,901
Eps Growth : 35,35 - 38,
Roe : 11,8- 14,0
5.BMRI 
Market Capt : 340,667
Eps Growth : 47,0 - 24,4
Roe : 12,9 - 14,0
6. MAPA
Market Capt : 7,252
Eps Growth : 1,0781,8 - 99,0
Roe :11,0 - 16,7
ITMG
Market Capt :23,728
Eps Growth : 765,0 - -13,9
Roe :37,6 - 28,9
ADRO
Market Capt :60,933
Eps Growth : 292,2 - -5,6
Roe : 15,1 - 13,2