<p>Petugas PLN merekam pencatatan meteran listrik di rumah warga kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Selasa 30 Juni 2020. PLN memastikan seluruh petugas pencatatan meter mendatangi langsung rumah pelanggan pascabayar untuk digunakan sebagai dasar perhitungan tagihan listrik bulan Juli 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Meteran Listrik Konvensional Bakal Diganti Smart Meter Mulai Tahun 2022

  • JAKARTA – Pemerintah akan mengganti meter listrik konvensional dengan smart meter. Targetnya, pemasangan ini akan dilakukan kepada 1 juta pelanggan listrik pada 2022. Biaya investasi untuk menggantikan meter pascabayar ini mencapai Rp10 triliun dengan jangka waktu 15 tahun. Sementara, untuk pemasangannya, akan diutamakan untuk konsumen potensial dan wilayah yang layak dalam pembangunan infrastruktur Advanced Metering […]

Industri

Aprilia Ciptaning

JAKARTA – Pemerintah akan mengganti meter listrik konvensional dengan smart meter. Targetnya, pemasangan ini akan dilakukan kepada 1 juta pelanggan listrik pada 2022. Biaya investasi untuk menggantikan meter pascabayar ini mencapai Rp10 triliun dengan jangka waktu 15 tahun.

Sementara, untuk pemasangannya, akan diutamakan untuk konsumen potensial dan wilayah yang layak dalam pembangunan infrastruktur Advanced Metering Infrastructure-red (AMI).

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Wanhar mengatakan  kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pengawasan, mutu, dan keandalan sistem kelistrikan di Indonesia.

Menurutnya, Smart Grid ini mampu membuat sistem tenaga listrik bisa lebih optimal dan efisien. Sebab, pemanfaatannya dilakukan secara dua arah, baik antara produsen maupun konsumen.

“Misalnya, pelanggan yang memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di rumah, dapat mengirim tenaga listrik ke sistem PT PLN (Persero), Mereka juga tetap bisa memakai listrik dari PLN,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Kamis, 11 Februari 2021.

Adapun ruang lingkup penggunaan Smart Grid mencakup pembangkit dan automasi sistem transmisi, integrasi sistem distribusi, hingga pemanfaatan dan pembangkitan mandiri.

Wanhar menjelaskan implementasi Smart Grid sendiri sudah dirintis oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak 2013. Pemasangan pertama dilakukan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, dengan skala kecil alias Smart Micro Grid.

Selain itu, demo Smart Grid sebelumnya juga diterapkan di Baron Techno Park, Gunung Kidul, Yogyakarta dan Floating PV (PLTS Terapung)-Battery PLTA Cirata.

Pembangunan ini merupakan hasil integrasi antara Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), PLTS dan baterai, serta Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV.

Operasionalnya berjalan secara otomatis sesuai program algoritma untuk menyuplai beban dasar 1.200 kW dengan beban puncak 2.100 Kw. Sementara untuk komunikasi sistem, lanjutnya, dilakukan melalui Power Line Communication (PLC).

Kemudian automasi kontrol dan monitoring melalui Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) master station, serta variable renewable energy (VRE) untuk kestabilan.