BNI Enggan bertransformasi menjadi Bank Digital.
Industri

Miliki Cost of Fund dan Risiko Tinggi, BNI Enggan Jadi Bank Digital

  • Industri perbankan diramaikan oleh transformasi menjadi bank digital. Kendati demikian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menegaskan tidak akan mengikuti jejak sejumlah bank-bank tersebut.
Industri
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA – Industri perbankan diramaikan oleh transformasi menjadi bank digital. Kendati demikian, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menegaskan tidak akan mengikuti jejak sejumlah bank-bank tersebut.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan tingginya cost of fund (CoF) dan profil risiko yang sulit dikontrol membuat perseroan enggan bertransformasi menjadi bank digital. 

“Kita memang melihat bank digital baru untuk melengkapi layanan perbankan ke nasabah. Kita lihat ada yang CoF-nya tinggi, segmen kredit yang disasar juga memiliki imbal hasil dan risiko tinggi. Kalau dari BNI, tidak semua cocok jadi bank digital,” ucap Novita dalam paparan virtual, Senin, 6 September 2021.

Apalagi, kata Novita, BNI memiliki fokus utama pada pengembangan intermediasi risiko rendah. Dengan profil risiko yang tinggi tersebut, BNI lebih memilih menggarap segmen bisnis yang sudah terjamin.

“Ini juga tidak sesuai dengan visi perusahaan yang berfokus di segmen risiko rendah. Tapi bukan berarti kami tidak memiliki layanan digital ya,” ucap Novita.

Digitalisasi di tubuh BNI tetap dipacu melalui pengembangan aplikasi mobile banking. Hingga semester I-2021, aplikasi mobile banking BNI telah tiga kali mengalami pembaharuan dan menambah sederet fitur unggulan. 

Fitur digital ini, kata Novita, bisa menambah kemampuan intermediasi BNI menjangkau nasabah tanpa terbatas ruang dan waktu. Beberapa fitur andalan itu antara lain digital loan untuk pengajuan kredit flexi dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) daring, transfer terjadwal, e-wallet pooling, my credit card, hingga fitur Quick Response Indonesian Standard (QRIS).

9,2 Juta Pengguna

Layanan ini telah menghimpun 9,2 juta pengguna pada semester I-2021 atau tumbuh 56,8% secara tahunan (year on year/yoy). Adapun nilai transaksi mobile banking ini per akhir Juni 2021 mencapai Rp287 triliun atau naik 31,8% yoy. 

Selain dari mobile banking, taji BNI di ranah digital juga tampak dari gencarnya kerja sama. Bank pelat merah ini telah menggandeng aplikasi online travel agency (OTA) Traveloka untuk menyalurkan pendanaan dengan skema pay later. 

Hingga Juli 2021, total portofolio pay later BNI di Traveloka telah menembus Rp47 miliar.  BNI dan Traveloka menerapkan rata-rata net Effective Annual Interest Rate (EIR) sebesar 21,41% pada pada periode yang sama.

Sementara itu, profil risiko yang ditinjau dari non performing loan (NPL) berada di angka 3,80% pada Juli 2021. BNI mencatatkan rasio klaim asuransi terjaga bersih di angka 100%.

“Kemitraan ini terus kami tingkatan, di Juli lalu, kami juga telah menjalin kerja sama serupa Shopee,” ujar Novita.