Uni Eropa
Industri

Miliki Peran Besar, Eropa Masukan Aluminium Sebagai Bahan Baku Kritis

  • Alumunium yang telah dikategorikan sebagai bahan baku kritis sangat diperlukan untuk memenuhi pengembangan teknologi dan peningkatan ekonomi UE.

Industri

Muhammad Imam Hatami

LONDON– Aluminium menjadi logam nomor dua paling banyak digunakan industri modern. Kebutuhan yang sangat besar dengan jumlah yang makin menipis memicu Uni Eropa (UE) mengkatogerikan aluminium ke dalam daftar mineral dan logam yang masuk daftar Critical Raw Materials Act (CRMA).

Aluminium yang telah dikategorikan sebagai bahan baku kritis sangat diperlukan untuk memenuhi pengembangan teknologi dan peningkatan ekonomi UE.

Undang undang CRMA memastikan akses UE yang dapat menjamin pasokan bahan baku strategis guna memungkinkan UE memenuhi tujuan iklim 2030.

Alumunium diidentifikasikan Bank Dunia sebagai logam yang bernilai tinggi.  Aluminium juga menjadi salah satu komponen utama dalam industri mobil listrik yang kian popular. Penggunaan Aluminium memungkinkan produsen membuat mobil listrik dengan bobot yang lebih ringan.

International Aluminium Institute (IAI) memperkirakan permintaan alumunium di pasar global meningkat hampir 40% menjadi 119,5 juta metrik ton pada tahun 2030, yang berarti sektor aluminium perlu menghasilkan tambahan 33,3 juta metrik ton logam selama satu dekade.

UE mengungkapkan Konsumsi aluminium di wilayah Eropa rata-rata  5,0 juta metrik ton per tahun selama periode 2016-2020. Ketergantungan impor rata-rata 56% selama periode yang sama, Jumlah ini  jauh lebih rendah daripada ketergantungan impor pada bauksit sebesar 89%. Analis memperkirakan hal tersebut yang membuat UE sempat tidak memasukkan aluminium ke dalam CRMA.

Bank Dunia telah mengidentifikasi aluminium sebagai logam  berdampak tinggi dalam semua teknologi termasuk juga dalam industri energi hijau terbarukan untuk mendukung tujuan perubahan iklim.