Miliki UKM yang Kuat, Mendag: Indonesia Berpotensi Jadi Negara Maju!
- Indonesia berpeluang menjadi negara dengan ekonomi maju di dunia karena memiliki keuatan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang kuat.
Industri
JAKARTA - Indonesia berpeluang menjadi negara dengan ekonomi maju di dunia karena memiliki kekuatan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang kuat.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam acara Briefer's Event Empowering SMEs To Recover Stronger yang diselenggarakan secara virtual pada Jumat, 11 Maret 2022.
“Indonesia adalah negara kuat dan pasti bisa maju karena memiliki UKM yang kuat, mempunyai kualitas manusia yang besar, bertanggung jawab, dan saling gotong royong. Indonesia akan menjadi salah satu negara paling maju di dunia,” kata lutfi yang dikutip Sabtu, 12 Maret 2022.
- Cara Jadi Orang yang Mandiri Finansial, Tidak Hanya Bergantung pada Gaji!
- Kurangi Angka Kecelakaan, Tilang Elektronik akan Diberlakukan di Jalan Tol Trans Sumatra
- Untung Besar Bisnis Batu Bara, Pengamat Ingatkan Pengusaha Jangan Rakus
Ia menyampaikan UKM berkontribusi sebesar 6,97% terhadap nilai produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 97% tenaga kerja pada tahun 2021, akan tetapi kontribusi UKM terhadap ekspor masih terbilang minim yang mana pada kuartal ke III-2021 kontribusi UKM terhadap ekspor non-migas dalam negeri baru mencapai 15,65%, dengan jumlah pelaku yang hanya 16,96% dengan produk yang diekspor seperti mesin sederhana, aksesoris, kendaraan, peralatan rumah tangga, produk kayu, tekstil dan hasil laut.
Kemudian pada tahun 2034, Indonesia diperkirakan akan terbebas dari jebakan kelas menengah, lalu pada tahun 2045 PDB Indonesia diprediksi menempati urutan keempat berdasar nilai tukar pasar dengan per kapita sebesar US$28.340 di bawah China, Amerika dan India.
“Untuk itu, kita perlu melihat tantangan ke depan untuk memajukan usaha sebagai pilar utama memajukan Indonesia,” tambah lutfi.
Guna merealisasikannya, Indonesia harus memiliki pertumbuhan investasi sebesar 7,3% dengan kontribusi PDB sebesar 39%, manufaktur 7,8% dengan kontribusi PDB 32%, sementara ekspor tumbuh 7,9% dengan kontribusi 54%. Untuk keluar dari jebakan kelas menengah, Indonesia harus meningkatkan investasi di sektor infrastruktur dan transfer teknologi.
- Harga Batu Bara Internasional Meroket, Bagaimana Nasib Pasokan dalam Negeri?
- SoftBank Group Mundur dari Rencana Investasi Ibu Kota Baru Indonesia
Menurutnya terdapat beberapa tren yang harus ditanggulangi ke depannya yakni megatren dunia pada 2045, evolusi ekspor Indonesia ke produk industri dan industri berteknologi tinggi, serta ekonomi digital.
Selain itu pada 2045 jumlah penduduk dunia akan mencapai 9,45 miliar jiwa, dengan dominasi oleh para lansia, sedangkan pada periode ini 66% akan tinggal diperkotaan yang mana urbanisasi tersebut 95% terjadi di negera emerging market seperti Indonesia.
Kemudian adanya kompetisi penguasaan sumber daya alam akan turut meningkat menjadikan Asia dan Afrika sebagai lumbung ekonomi, sehingga Indonesia harus dapat menjaga sumber daya alam untuk kepentingan terbaik Indonesia.
Di sisi lain tantangan adanya kecerdasan buata atau AI menjadi tantangan tersendiri khususnya pada sektor bioteknologi dan ekonomi sirkular.
Lutfi meyakini di masa depan 71% peranan ekonomi akan berada di negara emerging market dan sebanyak 54% berada di Asia, sehingga Indonesia harus dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan serta memaksimalkan pertumbuhan ekonomi sebelum tahun 2038.
Lalu per 2020 kemarin ekonomi digital telah berperan sebesar Rp632 triliun dari total PDB Indonesia sebesar Rp15.400 triliun, yang mana optimistis akan mencatatkan PDB sebesar Rp24.000 triliun pada tahun 2030.
"Pada periode ini, ekonomi digital tumbuh empat kali lipat menjadi Rp4.531 triliun atau berkontribusi sebesar 18 persen dari total PDB, hal penting lainnya yang perlu diperhatikan yaitu sektor pendidikan dan kesehatan yang mempunyai peran untuk menyelamatkan generasi emas Indonesia,” tutup Lutfi.