<p>Tampak maket Mega Proyek Kota Mandiri dan Satelit Baru Kota Podomoro Tenjo yang dipamerkan di Atrium Central Park Jakarta, Senin, 17 Agustus 2020. Kota Podomoro Tenjo persembahan Agung Podomoro Group diharapkan menjadi katalisator perekonomian Indonesia sekaligus menginspirasi pelaku usaha properti yang lain maupun stakeholder di bisnis properti, untuk bersama &#8211; sama membangkitkan kembali industri properti di Tanah Air. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Minat Membeludak, Pembeli Rumah Podomoro Tenjo Sudah Ajukan KPR

  • JAKARTA – Pengembang properti Agung Podomoro Group (APG) menyatakan jumlah peminat hunian untuk proyek Kota Podomoro Tenjo sudah melampaui target perusahaan. Assistant Vice President Kota Podomoro APG Zaldy Wihardja mengungkapkan, dari dua klaster rumah yang ditawarkan, satu klaster sudah memasuki tahap penetapan pembeli. “Klaster pertama yaitu Angsana sudah sold out dan hanya tersisa sedikit saja,” […]

Industri

Laila Ramdhini

JAKARTA – Pengembang properti Agung Podomoro Group (APG) menyatakan jumlah peminat hunian untuk proyek Kota Podomoro Tenjo sudah melampaui target perusahaan.

Assistant Vice President Kota Podomoro APG Zaldy Wihardja mengungkapkan, dari dua klaster rumah yang ditawarkan, satu klaster sudah memasuki tahap penetapan pembeli.

“Klaster pertama yaitu Angsana sudah sold out dan hanya tersisa sedikit saja,” kata Zaldy kepada TrenAsia.com saat mengunjungi show unit Podomoro Tenjo di Jakarta, Senin, 7 Desember 2020.

APG membidik pasar di kelas menengah karena produknya yang premium dengan luas tanah hingga 160 meter persegi. Klaster ini dipasarkan sebanyak 350 unit dengan harga Rp450 juta – Rp770 juta.

Zaldy menuturkan pembeli rumah di klaster Angsana merupakan end user dan investor dengan porsi seimbang atau 50:50. Dia menyebut, dari seluruh pembeli, sebanyak 35% telah mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR) ke bank. APG sendiri menawarkan beberapa skema pembayaran yakni tunai keras, tunai bertahap, dan cicilan bank.

“Banyak juga pembeli yang merupakan first time buyer,” kata dia.

Besarnya minat end user untuk membeli rumah ini membuat APG yakin akan perbaikan di pasar properti. Zaldy tidak menyangkal jika pada awalnya perusahaan cukup khawatir dengan kondisi pandemi yang terjadi di kuartal awal 2020.

“Kita tidak pernah tahu jika tidak mencoba untuk berani memasarkan dalam kondisi sulit ini. Pada akhirnya ini menggebrak pasar, dan banyak diikuti pemain lainnya,” kata dia.

Assistant Vice President Kota Podomoro Zaldy Wihardja (kiri) berdiskusi dengan calon pembeli Kota Podomoro Tenjo saat meninjau lokasi Rumah Contoh Kota Podomoro Tenjo yang berada di kawasan Central Park Podomoro City, Jakarta Barat, Senin, 7 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Titik Terang

Senada, masuknya investor ke Podomoro Tenjo juga menjadi sinyal bahwa para pebisnis mulai yakin adanya titik terang selepas 2020. Hitung-hitungan Zaldy pun sangat meyakinkan bagi para investor.

“Sekarang BI rate rendah, jadi untuk apa menyimpan uang di bank? Coba bandingkan dengan investasi ke rumah dan tanah,” kata dia.

Saat ini, hunian di Podomoro Tenjo yang notabene berlokasi di Kabupaten Bogor ini terbilang sangat terjangkau. Tipe rumah di klaster Angsana dengan luas bangunan 40 m2 dan luas tanah 160 m2 dipasarkan seharga Rp550 juta per unit. Sementara, di Serpong harga properti serupa bisa mencapai Rp2 miliar, dan di Kota Bogor senilai Rp900 juta.

“Akan ada ruang untuk kenaikan harga sebesar 2,5 persen setiap peluncuran klaster atau unit baru,” kata dia.

Sejak awal, APG memang membidik kedua pasar ini. Caranya yakni menjual produk Podomoro Tenjo untuk masyarakat sekitar Tangerang Selatan dan Kota Tangerang yang diprospek bisa menjadi end user. Sementara, pasar konsumen di Jakarta biasanya berminat sebagai investor. Dengan demikian, strategi pemasaran APG berhasil.

“Kami pun butuh pasar investor, karena ada pembayaran cash dari mereka, yang bisa digunakan sebagai modal,” ujar dia.

Calon pembeli melihat unit Rumah Contoh Kota Podomoro Tenjo yang berada di kawasan Central Park Podomoro City, Jakarta Barat, Senin, 7 Desember 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Keunggulan Podomoro Tenjo

Zaldy mengungkapkan Podomoro Tenjo ini akan dikembangkan seluas total 650 hektare (ha). Kawasan ini memang diproyeksikan sebagai kota mandiri setelah Serpong. Kelebihan Podomoro Tenjo dibandingkan dengan proyek eksisting yang serupa yakni konsep hunian hijau, sehat, dan cerdas.

Pada fase pertama, lanjut Zaldy, pembangunan Podomoro Tenjo akan fokus untuk perumahan. Luas lahan yang digarap dalam tahap ini mencapai 150 hektare (ha). Konstruksi akan dimulai pada 2021 dan diperkirakan selesai dalam dua tahun atau akhir 2022.

“Sehingga pada 2023 awal, kami mulai melakukan hand over (serah terima) hunian ke konsumen,” kata dia.

Paralel dengan pembangunan hunian, APG juga akan menyelesaikan infrastruktur dasar dan fasilitas penunjang. Tidak ketinggalan, APG bakal mulai menggarap area transit oriented development (TOD) yang merupakan jantung utama Kota Podomoro Tenjo. Seluruh bangunan yang ada di Podomoro Tenjo ini akan terjalin dengan TOD dan green belt sebagai jalur pejalan kaki.

Dalam grand design Kota Podomoro, TOD ini nantinya akan menjadi kawasan yang mendukung aktivitas penghuni. TOD akan dibangun dengan konsep mix used development yang terdiri atas hotel, perkantoran, pusat perbelanjaan, hiburan, rumah sakit, dan fasilitas lainnya.

Bukan hanya itu, TOD ini juga akan Kota akan menghubungkan Kota Podomoro dengan infrastruktur jalan tol dan akses kereta rel listrik (KRL) commuterline Jabodetabek.

Seperti diketahui, saat ini sedang dibangun Tol Serpong-Balaraja. Zaldy menyebut nantinya akan dibuat exit tol Cileles yang lagsung terhubung dengan fly over ke TOD Podomoro Tenjo dengan jarak sekitar 2 kilometer. Sementara, TOD ini juga akan terhubung dengan Stasiun Tigaraksa sebagai akses KRL di lintas Tanah Abang-Maja. (SKO)