Mantap! Inalum-Antam Bidik Produksi Baterai 29 Gigawatt Pada 2035
JAKARTA – Kebutuhan nikel untuk pembuatan baterai Li-ion di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan dalam tujuh tahun mendatang, kebutuhan baterai Li-ion dunia bakal meningkat 22% hingga mencapai 800 gigawatt per jam (gWh). Sebab itu, holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan Mining Industry Indonesia (MIND ID) alias PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum pun […]
Industri
JAKARTA – Kebutuhan nikel untuk pembuatan baterai Li-ion di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan dalam tujuh tahun mendatang, kebutuhan baterai Li-ion dunia bakal meningkat 22% hingga mencapai 800 gigawatt per jam (gWh).
Sebab itu, holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertambangan Mining Industry Indonesia (MIND ID) alias PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum pun tengah berupaya untuk memenuhi kebutuhan itu. Terlebih saat ini, kualitas bijih nikel di Indonesia merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan, bersama PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam (ANTM), pihaknya sedang menyiapkan tiga opsi wilayah pertambangan nikel untuk pemenuhan kebutuhan baterai dalam negeri. Ketiga wilayah itu antara lain, Halmahera di Maluku Utara, lalu Papua dan Sumatera Selatan.
Ketiga wilayah pertambangan ini masih diseleksi dan segera difinalisasi untuk dapat memenuhi kebutuhan baterai di Indonesia. Tahun ini, kata Orias, MIND ID pun sudah mulai menyiapkan produksi nikel untuk baterai berkapasitas 10 gWh bagi kebutuhan dalam negeri.
Terus Melonjak
Namun, angka ini diprediksi bakal terus bertambah hingga 29 gWh pada 2035 mendatang.
“Demand dalam negeri akan lebih besar dan meningkat terus. Bahkan pada 2035 itu levelnya sampai 29 gWh,” terang Orias dalam konferensi pers daring, Kamis 15 Oktober 2020.
Kebutuhan ini, sambung Orias, tidak hanya disiapkan untuk kendaraan listrik yang pada era kekinian sudah semakin populer. Melainkan juga untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga, seperti pembentukan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di pulau-pulau terpencil.
Orias mengaku bahwa kini pihaknya juga sedang berkomunikasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk dapat mengkondisikan penyediaan baterai Li-ion di sejumlah area wisata Tanah Air.
Tujuannya semata-mata agar penggunaan bahan bakar transportasi di wilayah wisata tersebut dapat mulai dialihkan dari solar ke baterai.
“Seperti di Labuhan Bajo, ‘kan banyak sekali perahu-perahu itu bisa juga memakai baterai. Karena kalua kita pakai solar kepada itu bisa akhirnya akan mencemari lingkungan. Akan lebih baik kalua dimanfaatkan listrik agar wisata ramah lingkungan bisa terealisasi,” pungkas dia.