<p>Ilustrasi/ugm.ac.id</p>
Dunia

Minta AS Hormati Sains, China Sebut Isu Kebocoran COVID-19 dari Laboratorium &#8220;Ngawur&#8221;

  • Laboratorium nasional Pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengambil kesimpulan adanya kemungkinan kebocoran virus COVID-19 dari laboratorium Wuhan, tempat pertama kali virus ini menyebar.

Dunia
Reza Pahlevi

Reza Pahlevi

Author

JAKARTA – Direktur Kantor Komisi Luar Negeri China Yang Jiechi menepis soal kemungkinan kebocoran laboratorium sebagai penyebab pandemi COVID-19. Yang bahkan menyebut adanya rumor ini “ngawur” dan tidak berdasar.

Sebelumnya, laboratorium nasional Pemerintahan Amerika Serikat (AS) mengambil kesimpulan adanya kemungkinan kebocoran virus COVID-19 dari laboratorium Wuhan, tempat pertama kali virus ini menyebar. AS bahkan menyatakan perlu adanya investigasi mendalam soal kebocoran ini.

“Kami minta Amerika Serikat untuk menghormati fakta dan sains, serta tidak mempolitisasi isu ini. (Kami juga meminta) agar AS untuk fokus dalam kerja sama internasional untuk melawan pandemi ini,” ujar Yang dilansir dari Reuters, Minggu, 13 Juni 2021.

Pernyataan Yang tersebut keluar dalam percakapan telepon bersama Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada Jumat, 11 Juni 2021. Dalam percakapan tersebut, Blinken meminta China agar bekerja sama dan transparan soal asal-muasal COVID-19.

Permintaan tersebut ditolak Yang mentah-mentah. Dia mengatakan Beijing secara keras menentang hal yang dirinya sebut “aksi keterlaluan” dalam penanganan pandemi. Permintaan AS ini juga dianggap sebagai penghinaan terhadap China.

Selain membahas soal COVID-19, pertemuan ini juga membahas soal kebijakan Korea Utara dan AS sempat menyampaikan kekhawatirannya soal lunturnya demokrasi di Hong Kong. AS pun sempat menyinggung soal Muslim Uyghur di Xinjiang.

Blinken juga meminta China untuk menghentikan tekanannya terhadap Taiwan serta melepas warga kebangsaan AS dan Kanada yang “ditahan secara tidak sah”.

Bukan Perseteruan Pertama

Ini bukan kali pertama Blinken dan Yang berseteru. Sebelumnya, kedua pihak yang mewakili adidaya Barat dan Timur ini bersitegang dalam pertemuan pertama antara AS dan China sejak Presiden AS Joe Biden dilantik pada 19 Maret 2021.

Dalam pertemuan di Anchorage, Alaska, AS, tersebut, Blinken menyoroti aksi China di Xinjiang yang mereka sebut memprosekusi penduduk Muslim dan minoritas setempat. Blinken juga menyebut tindakan China ini mengancam stabilitas global.

Selain menyoroti Xinjiang, AS juga membahas soal status Hong Kong, Taiwan, hingga serangan siber China ke AS. Blinken menganggap China sudah membatasi demokrasi di Hong Kong dan Taiwan.

Mendengar ini, Yang langsung menyerang balik. “China tegas menolak intervensi AS pada urusan kami,” ujarnya. (LRD)