Minta Subsidi Rp13 Triliun Untuk Starlink, Elon Musk Pulang dengan Tangan Hampa
- Elon Musk harus pulang dengan tangan kosong setelah pengajuan subsidi pengadaan internet di daerah terpencil AS ditolak oleh Komisi Komunikasi Federal AS (FCC).
Industri
WASHINGTON- Elon Musk harus pulang dengan tangan kosong setelah pengajuan subsidi pengadaan internet di daerah terpencil AS ditolak oleh Komisi Komunikasi Federal AS (FCC).
Seperti diketahui, Startup milik Elon Musk dikabarkan sedang mencari dana untuk menyediakan layanan internet satelitnya ke komunitas pedesaan di hampir 650.000 lokasi di 35 negara bagian.
Dana yang diusulkan sebesar US$886 juta atau setara Rp13 triliun (asumsi kurs Rp14.600 per dolar AS) kepada FCC.
Sebelumnya, FCC memang mengganggarkan pendanaan melalui program Rural Digital Opportunity Fund dengan nilai total US$9,2 miliar atau setara Rp135 triliun sebagai upaya untuk membawa WiFi ke daerah-daerah terpencil di negara yang akan lebih mahal untuk melayani pelanggan.
Sayangnya, baik Starlink dan LTD Broadband keduanya ditolak subsidi FCC. Alasannya, kedua perusahaan tersebut dinilai gagal menunjukkan bahwa penyedia dapat memberikan layanan yang dijanjikan.
“Kita harus menempatkan miliaran dolar pada layanan universal yang langka untuk penggunaan sebaik mungkin saat kita bergerak ke masa depan digital yang menuntut jaringan yang lebih kuat dan lebih cepat,” kata Ketua FCC, Jessica Rosenworcel seperti dikutip TrenAsia.com dari Bussines Insider Sabtu, 13 Agustus 2022.
- Nilai Transaksi e-Commerce Indonesia Naik 23 Persen, Inilah Faktor Pendorongnya
- IHSG Jelang Akhir Pekan Diramal Menguat di Kisaran 7.002-7.223
- Inflasi AS Turun, Apa Dampaknya untuk Pergerakan Aset Kripto?
Meski demikian, Rosenworcel menambahkan bahwa teknologi Starlink memiliki janji nyata. namun baginya, masih tidak masuk akal untuk mendanai teknologi yang masih berkembang.
"Kami tidak mampu mensubsidi usaha yang tidak memberikan kecepatan yang dijanjikan atau tidak memenuhi persyaratan program," katanya.
Sebagai informasi, pada 2020, SpaceX memenangkan persetujuan awal untuk subsidi di beberapa lokasi yang ingin dilayani perusahaan termasuk daerah perkotaan seperti New York City dan Miami.
Starlink sendiri saat ini sudah memiliki basis pengguna lebih dari 400.000 pelanggan di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki jaringan lebih dari 2.500 satelit di orbit bawah Bumi.
Layanan ini dirancang untuk menghadirkan internet berkecepatan tinggi antara 100 Mbps hingga 200 Mbps kepada pelanggan di daerah pedesaan.