Minus 23,9%, Ekonomi India Lumpuh
NEW DELHI – Pemerintah India resmi mengumumkan jatuhnya produk domestik bruto (PDB) sedalam 23,9% pada kuartal kedua 2020. Penurunan ekonomi ini merupakan yang terburuk selama satu dekade terakhir. Padahal, negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia ini masih bisa tumbuh positif di level 3,1% pada kuartal I-2020. Namun, seiring dengan mengganasnya virus corona, perekonomian India […]
Industri
NEW DELHI – Pemerintah India resmi mengumumkan jatuhnya produk domestik bruto (PDB) sedalam 23,9% pada kuartal kedua 2020. Penurunan ekonomi ini merupakan yang terburuk selama satu dekade terakhir.
Padahal, negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia ini masih bisa tumbuh positif di level 3,1% pada kuartal I-2020.
Namun, seiring dengan mengganasnya virus corona, perekonomian India akhirnya lumpuh akibat penguncian di negara tersebut.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Data PDB menunjukkan belanja konsumen melambat, investasi swasta dan ekspor menyusut pada kuartal pertama tahun ini.
Para ahli mengatakan ekonomi India diperkirakan akan berkontraksi karena sudah lebih dari 68 hari penguncian nasional yang diberlakukan oleh pemerintah mulai 25 Maret 2020.
Sebelum Pandemi
Pemerintah juga menunjukkan pertumbuhan PDB India telah melambat bahkan sebelum penguncian aktivitas dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan merosotnya ekonomi India ke 3,1%, angka ini tercatat 8 tahun terakhir.
Investasi tumbang 47% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan konsumsi rumah tangga juga susut hampir 27%. Belanja pemerintah yang naik 16% tidak mampu menumpulkan tajamnya penurunan di sektor lain.
Shilan Shah dari Capital Economics memprediksi kuartal kedua tahun ini merupakan titik terburuk bagi perekonomian India.
Optimisme ini dikarenakan sudah mulai terlihat sinyal rebound meskipun pemulihan akan lambat meskipun penguncian negara sudah ditiadakan. Pasalnya, sektor manufaktur yang selama ini menjadi andalan maish lemah di bulan Juli, artinya infrastruktur keseluruhan ikut tertekan.
Shilan Shah menyebut penyebaran COVID-19 akan sangat berdampak pada permintaan domestik di India. Terlebih, dia menilai respons fiskal dari pemerintah sangat mengecewakan, sehingga mengancam melesatnya angka, kebangkrutan perusahaan, dan pelemahan di sektor perbankan yang akan membebani investasi dan konsumsi.
Ekonomi India sejatinya telah tumbuh pada laju terlemah sejak 2013 antara periode April dan Juni tahun lalu. Penyebabnya karena permintaan konsumen dan belanja pemerintah melambat di tengah gesekan perdagangan global.
Ekonomi terbesar ketiga di Asia ini hanya tumbuh 5,0% dari tahun ke tahun, tumbuh 8% pada kuartal yang sama tahun 2018, dan 5,8% pada kuartal sebelumnya.
Hingga kini, data Johns Hopkins University menyebut India memiliki 3,6 juta kasus COVID-19 dengan 64.500 orang dilaporkan meninggal akibat virus ini. Jumlahnya juga kian meningkat dengan cepat.