<p>Mirae Asset Sekuritas Indonesia / Dok. Istimewa</p>
Pasar Modal

Mirae Asset Prediksi Perbaikan Ekonomi Topang IHSG Secara Terbatas

  • Senior Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada pada rentang pergerakan 5.883 hingga 6.115 pada periode bulan Mei di tahun ini.

Pasar Modal
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan penurunan nilai transaksi bursa dalam negeri akan membuat pergerakan pasar modal cenderung terbatas sepanjang Mei 2021. Namun, perusahaan optimistis terhadap prospek kondisi makroekonomi, baik dari global maupun di Tanah Air.

Senior Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada pada rentang pergerakan 5.883 hingga 6.115 pada periode bulan Mei di tahun ini.

“Angka prediksi itu didasari oleh prediksi secara teknikal yaitu batas support 5.883-5.735 serta resistant 6.115-6.281,” ujarnya dalam konferensi virtual Media Day Mirae Asset Sekuritas, Kamis 6 Mei 2021.

Nilai transaksi saham yang diprediksi turun itu terutama karena libur Lebaran serta masih menunggunya pelaku pasar terhadap publikasi laporan keuangan emiten di bursa.

Sebagai gambaran, rerata nilai transaksi April 2021 berada pada Rp9,42 triliun dan turun menjadi Rp9,14 triliun sejak awal bulan ini. Angka itu turun dari rata-rata periode Januari-Maret 2021, yakni Rp15,69 triliun per hari.

Martha mengatakan perbaikan makroekonomi terutama bakal terjadi di dalam negeri. Data historis dari angka pertumbuhan ekonomi, data manufaktur dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang menunjukkan perbaikan, masih menjadi penunjang prospek ekonomi.

Menurutnya, faktor makroekonomi yang membaik itu menjadi satu dari tiga katalis pendorong pergerakan IHSG sepanjang Mei 2021. Dua katalis positif lainnya adalah potensi kenaikan harga komoditas dan telah berjalannya vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

Di sisi lain, kata dia, faktor kasus baru COVID-19 domestik setelah libur panjang Lebaran berpotensi menjadi katalis negatif. Namun, jika angka kasus COVID-19 masih stabil dan tidak mengalami kenaikan berarti, maka faktor itu dapat beralih menjadi faktor positif bagi pergerakan pasar saham.

Untuk sektor pilihan bulan ini, Martha beserta tim Investment Information Mirae Asset Sekuritas mengunggulkan saham sektor barang konsumsi primer seperti JPFA dan MAIN.

Pada sektor properti, ia memilih saham BSDE, CTRA, dan PWON. Untuk sektor bahan baku yaitu ANTM dan TINS. Pilihan saham lainnya adalah AKRA, BBTN, SRTG, serta MPMX.

Dorong Harga SBN

Pada kesempatan yang sama, Fixed Income Analyst Mirae Asset Sekuritas Dhian Karyantono juga memprediksi faktor makroekonomi yang positif dapat mengangkat harga obligasi pemerintah sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar.

Ia menduga harga Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor acuan 10 tahun dapat naik hingga Juni 2021 sekaligus menurunkan yield hingga di bawah 6% pada kuartal III-2021. Saat ini, lanjutnya, harga SBN acuan 10 tahun sudah turun sejak awal tahun dan membuat imbali hasilnya naik hingga kisaran 6,5%.

Bagi Dhian, pergerakan harga dan yield obligasi di pasar sekunder saling bertolak belakang, dan yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga. Pasalnya ini mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Ia juga memprediksi kondisi makroekonomi global khususnya yang dipicu kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat (AS) sempat memicu kenaikan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury), menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan menaikkan indikator risiko Indonesia (CDS).

“Namun, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter mengingat dua hal utama yaitu inflasi domestik yang masih rendah serta terkendalinya defisit neraca berjalan (CAD),” tutur Dhian.

Sebelumnya, harga US Treasury tenor acuan 10 tahun turun dan sempat membuat imbal hasilnya naik hingga menembus 1,76% pada akhir Maret 2021. Meskipun saat ini sudah mereda dan berada pada kisaran 1,6%.

Dhian menyebut, saat ini harga SBN acuan 10 tahun sudah turun sejak awal 2021 dan membuat yield naik sekitar 63 basis poin (bps) sejak awal tahun hingga sekarang pada kisaran 6,5%. Meski yield SBN naik, penerbitan obligasi korporasi di dalam negeri relatif meningkat sejak awal tahun.

Kenaikan yield SBN tersebut masih lebih kecil daripada rerata kenaikan yield obligasi pemerintah kategori layak investasi (investment grade) dunia yang naik sebesar 82 bps dan kategori non-investment grade yang rata-rata kenaikannya mencapai 352 bps. Hitungan 100 basis poin (bps) setara dengan 1%. (LRD)