<p>Ilustrasi suku bunga acuan dan kurs rupiah. / Pixabay</p>
Nasional

Mirae Asset Sekuritas Prediksi BI Akan Mengerek Suku Bunga 25 bps pada Awal Tahun

  • Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, bank sentral diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga karena per Desember 2022, inflasi dalam negeri mencapai level 5,5% secara year-on-year (yoy), naik dari 3,3% yoy pada bulan sebelumnya.
Nasional
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga pada awal tahun ini.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan, bank sentral diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga karena per Desember 2022, inflasi dalam negeri mencapai level 5,5% secara year-on-year (yoy), naik dari 3,3% yoy pada bulan sebelumnya.

Akan tetapi, pengerekan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) tidak akan agresif dan masih di batas 25 basis poin.

"Peningkatan suku bunga acuan masih terus dilakukan oleh BI tapi masih di batas 25 basis poin saja. Hal itu tentunya untuk menekan tingkat inflasi sehingga bisa berada di kisaran 2–4% sesuai target BI," kata Nafan di acara Media Day Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Selasa, 10 Januari 2023.

Kenaikan suku bunga diprediksi terbatas 25 basis poin karena perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh dengan baik menjelang akhir tahun 2022, yang mana pertumbuhan mencapai 5,72% yoy pada kuartal III-2022.

Kendati demikian, Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan sedikit mengalami perlambatan pada tahun 2023 di kisaran 4,8%.

Perlambatan itu dikatakan Naufan disebabkan oleh adanya kekhawatiran ancaman resesi sehingga mengakibatkan penurunan permintaan komoditas global.

Kondisi tersebut pada gilirannya dapat memicu scarring effect pada masyarakat, namun konsumsi rumah tangga diperkirakan Nafan akan kembali melonjak pada kuartal II-2023 karena adanya momentum Ramadhan dan Idulfitri.

Untuk diketahui, kenaikan suku bunga di dalam negeri terjadi seiring dengan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed) yang agresif sepanjang tahun 2022.

Sikap The Fed yang agresif atau hawkish itu didorong oleh tingkat inflasi yang terus merangkak naik. Bahkan, pada Juni 2022, inflasi negeri Paman Sam sempat menyentuh 9,1% secara tahunan dan menjadi posisi tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Tren kenaikan suku bunga ini pun pada gilirannya diikuti oleh Bank Indonesia yang mengerek BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR).

BI mulai mengikuti langkah The Fed untuk mengerek suku bunga demi menjaga stabilitas rupiah dan inflasi pada Agustus 2022, yang mana pada saat itu BI7DRR dinaikkan dari 3,5% menjadi 3,75% atau naik sebesar 25 basis poin.

Setelah kenaikan pada bulan Agustus, suku bunga BI terus dikerek hingga menyentuh level 5,25% pada akhir tahun atau naik sebanyak 175 basis poin sepanjang 2022.