Misteri Asal-Usul Banyaknya ‘Kapal Hantu’ di Jepang Terpecahkan
TOKYO-Selama beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Jepang dibuat bingung dengan apa yang mereka sebut sebagai “kapal hantu.” Kapal-kapal tersebut muncul di Pantai Jepang berisi sisa-sisa manusia yang membusuk. Jepang memperkirakan kapal tersebut berasal dari Korea Utara, tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi masih tetap menjadi tanda tanya. Sebuah sebuah studi oleh Global Fishing Watch (GFW) […]
Nasional & Dunia
TOKYO-Selama beberapa tahun terakhir, pihak berwenang Jepang dibuat bingung dengan apa yang mereka sebut sebagai “kapal hantu.” Kapal-kapal tersebut muncul di Pantai Jepang berisi sisa-sisa manusia yang membusuk.
Jepang memperkirakan kapal tersebut berasal dari Korea Utara, tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi masih tetap menjadi tanda tanya.
Sebuah sebuah studi oleh Global Fishing Watch (GFW) yang diterbitkan dalam Science Advances kini memberi gambaran kenapa kapal-kapal penuh mayat tersebut muncul. Penelitian itu menghubungkan peristiwa itu dengan penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal China di perairan Korea Utara.
Penelitian ini menggunakan empat teknologi satelit untuk mempelajari penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak muncul dalam sistem pemantauan publik. Kapal-kapal nelayan yang disebut “armada gelap” ini beroperasi di perairan antara Korea Utara, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Menurut laporan itu, sekitar 900 kapal yang berasal dari China diidentifikasi beroperasi di perairan Korea Utara pada 2017, sementara lebih dari 700 melakukannya pada 2018.
Pada 2017, PBB melarang ekspor makanan laut dari Korea Utara, dan membatasi penangkapan ikan asing di perairannya, setelah tes rudal balistik Pyongyang. Namun, Penjaga Pantai Korea Selatan dan sistem pelacak mengidentifikasi bahwa ratusan kapal asal China masih bergerak ke perairan negara itu. Ternyata hal ini ini memiliki konsekuensi besar bagi para nelayan lokal Korea Utara.
Menurut para peneliti nelayan Korea Utara yang masih menggunakan kapal kayu kecil tidak bisa bersaing dengan kapal pukat nelayan China hingga memaksa mereka bergeser ke perairan Rusia yang berdekatan.
Diperkirakan sekitar 3.000 perahu seperti itu memancing di perairan Rusia selama 2018 dan sebagian besar perahu sangat kurang diperlengkapi untuk perjalanan jarak jauh.
“Akibatnya, antara 2014 dan 2018, 505 kapal Korea Utara hanyut ke pantai di Jepang,” tulis GFW sebagaimana dikutip Sputnik News Agency Kamis 23 Juli 2020. Kurangnya perlengkapan membuat nelayan Korea Utara tersebut mengalami kelaparan dan kematina.
Media Jepang secara luas melaporkan insiden yang disebut “kapal hantu” di sepanjang pantai negara itu dalam beberapa tahun terakhir, mengungkapkan bahwa beberapa kapal yang ditemukan berisi kerangka dan sisa-sisa manusia yang membusuk. Beberapa bukti menunjukkan asal kapal Korea Utara, namun, tetap menjadi misteri bagaimana dan mengapa mereka berakhir di pantai Jepang dalam kondisi yang sangat buruk.
“Sekarang, GFW percaya bahwa ada korelasi kuat antara jumlah kapal Korea Utara yang menangkap ikan secara ilegal di perairan Rusia dan kemudian hanyut ke Jepang,” kata penulis studi Jaeyoon Park yang mencatat bahwa ini Ini adalah pertama kalinya insiden ini dikaitkan langsung dengan kegiatan ilegal nelayan China.