Misteri Blood Falls, Air Terjun Darah di Kutub Utara Akhirnya Terkuak
- Blood Falls, fenomena mencairnya Gletser Taylor ke Danau Bone, Artik diketahui telah terjadi sejak seabad lalu
Tekno
ARTIKA - Fenomena mencairnya gletser di Kutub Utara menjadi hal yang dihindari namun lumrah terjadi semenjak bumi mengalami pemanasan global. Namun, bagaimana jika gletser yang mencair mengeluarkan aliran air berbau anyir layaknya darah?
Blood Falls, fenomena mencairnya Gletser Taylor ke Danau Bone, Artik diketahui telah terjadi sejak seabad lalu. Pada 1911, sejumlah ilmuwan kala itu mendapati sebuah Gletser berwarna merah darah di tengah dataran es nan putih.
Kala itu, ilmuwan berpikir bahwa warna merah disebabkan oleh alga yang membeku dalam es. Sayangnya, hal tersebut ditepis seabad kemudian. Terbaru, peneliti menemukan bahwa rona merah pekat yang membuat aliran Gletser Taylor berwarna merah pekat seperti darah adalah kandungan garam besi yang merembes keluar dari es. Garam besi tersebut disinyalir berubah menjadi merah saat bersentuhan dengan udara.
- The Fed Diprediksi Akan Naikkan Suku Bunga Tiga Kali di Tahun 2023, Berapa Kira-kira Kenaikannya?
- Rudal Amerika Kawin Paksa dengan Buk M1 Ukraina
- Gegara Avatar: The Way of Water, James Cameron Jadi Sutradara Film Terlaris Sepanjang Masa
- Lengkap! Ini Daftar Fasilitas yang Dikecualikan dari Pajak Natura atau Kenikmatan
Mengulik lebih jauh mengenai Gletser Taylor, lewat sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2017, para ilmuwan menemukan bahwa Gletser Taylor terbentuk kira-kira 2 juta tahun yang lalu. Gletser tersebut menjebak danau air asin di bawahnya. Jutaan tahun kemudian, danau purba telah mencapai tepi gletser dan mengeluarkan air asin.
Sebelumnya pada tahun 2015, para peneliti menemukan jaringan sungai yang mengalir melalui retakan di gletser menggunakan radar penembus es. Itu artinya air cair bisa ada di dalam gletser yang sangat dingin.
Ahli glasiologi di University of Alaska Fairbanks, Erin Pettit kala itu mengatakan bahwa air melepaskan panas saat membeku dan panas itu menghangatkan es yang lebih dingin di sekitarnya.
"Panas dan suhu beku air asin yang lebih rendah memungkinkan pergerakan cairan. Gletser Taylor sekarang adalah gletser terdingin yang diketahui memiliki air yang terus mengalir," kata Erin seperti dikutip dari Insider Rabu, 11 Januari 2023.
Temuan lainnya mengenai Blood Falls, pada 2009, para peneliti mengetahui bahwa danau bawah laut adalah rumah bagi penghuni unik yang terdiri dari komunitas mikroba yang dapat bertahan hidup dalam kondisi ekstrem, tanpa cahaya atau oksigen. Untuk bertahan hidup, mereka memanfaatkan besi dan sulfat.
Kala itu, para peneliti yakin danau yang terperangkap di bawah gletser jutaan tahun lalu itu penuh dengan mikroba.
Hingga saat ini, para peneliti percaya bahwa dengan mempelajari mikroba yang berada di Blood Falls akan menjadi keuntungan bagi astrobiologi. Mereka dapat menjelaskan bagaimana kehidupan dapat bertahan di dunia lain dengan badan air beku yang serupa seperti di Planet Mars.