Mobil Listrik akan Kalah Laku, Ada Energi yang Lebih Murah
- Pasar global sudah menemukan berbagai cara untuk memproduksi energi baru atau raw material membangun energi itu.
Energi
JAKARTA - Dewan Pakar Koalisi Kawali Indonesia Lestari, gerakan lingkungan hidup dan Hak Asasi Manusia, Dodo Sambodo, memprediksi bahwa mobil listrik mungkin tidak akan laku di masa depan. Hal ini disebabkan oleh cadangan minyak yang masih melimpah dan cenderung murah serta penemuan berbagai sumber energi baru.
“Mobil elektrik ke depan tidak akan laku, karena penemuan berbagai energi baru yang lain, ditambah dua raksasa minyak yang menemukan dan sudah teken drilling miliaran barel minyak di Afrika dan bisa digunakan dunia sampai 2060,” kata Dodo kepada TrenAsia.
Dodo juga menambahkan pasar global telah menemukan berbagai cara untuk memproduksi energi atau bahan baku untuk membangun energi tersebut. Beberapa inovasi yang telah ditemukan termasuk kendaraan berbahan bakar hidrogen dan fusi.
“Pasar global sudah menemukan berbagai cara untuk memproduksi energi baru atau raw material membangun energi itu,” tambahnya.
- Punya Cicilan Utang Rp800 T per Tahun, INDEF: Makan Bergizi Gratis Bikin APBN Kritis
- Jurus AFTECH Membasmi Judi Online di Indonesia
- Soal Turunkan Kemiskinan, Ini Perbandingan Capaian Jokowi Vs SBY
Energi Fosil dan Hidrogen Lebih Murah
Selain itu, Dodo juga memprediksi energi hibrida antara hidrogen dan fosil akan menjadi pilihan yang paling diminati pasar di masa depan.
Menurutnya, kombinasi ini tidak hanya lebih murah untuk dijual di pasaran dibandingkan dengan mobil listrik, tetapi juga dinilai menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi pasar.
Dodo menjelaskan biaya produksi dan infrastruktur untuk kendaraan hibrida hidrogen dan fosil cenderung lebih rendah dibandingkan dengan mobil listrik.
Hal ini disebabkan oleh teknologi hidrogen yang terus berkembang dan biaya produksi bahan bakar fosil yang tetap kompetitif.
Dengan demikian, perusahaan otomotif dan energi dapat memaksimalkan margin keuntungan mereka. “Mobil hibrida besok akan lebih laku, penggunaan hidrogen dan fosil lebih laku karena fosil lebih murah,” tambah Dodo.
Banyak aktor transnasional yang menangkap peluang dari banyaknya pilihan energi yang ada. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap nikel di dunia menurun.
Prediksi Dodo Sambodo ini memberikan pandangan baru tentang arah perkembangan pasar energi global dan bagaimana berbagai inovasi energi akan mempengaruhi pilihan konsumen di masa depan.
Dengan cadangan minyak yang melimpah dan alternatif energi yang lebih murah, mobil listrik mungkin akan menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pangsa pasarnya.
- Punya Cicilan Utang Rp800 T per Tahun, INDEF: Makan Bergizi Gratis Bikin APBN Kritis
- Jurus AFTECH Membasmi Judi Online di Indonesia
- Soal Turunkan Kemiskinan, Ini Perbandingan Capaian Jokowi Vs SBY
Kendaraan Energi Fusi
Dodo juga sempat menyinggung penggunaan energi fusi. Dia menuturkan bahwa Jepang, Jerman, dan Cina sudah mulai meneliti penggunaan energi nuklir fusi.
Menurutnya, jika penggunaan energi fusi berhasil dikembangkan, hal tersebut bisa membuat nikel semakin tidak laku.
“Apalagi Jepang, Jerman, Cina sudah mulai meneliti penggunaan energi nuklir fusi, makin tidak laku nikel, sayangnya ekonom kita tidak mengevaluasi” tutup Dodo.
Pandangan Dodo ini menunjukkan adanya potensi pergeseran menuju energi hibrida hidrogen, fosil, dan bahkan energi fusi dapat membawa dampak signifikan pada dinamika pasar energi dan otomotif global.
Dengan potensi keuntungan yang lebih besar dan biaya yang lebih rendah, energi-energi ini dapat menjadi solusi yang menarik bagi produsen dan konsumen di masa depan.