Mobilitas Masyarakat Masih Terbatas, Laba Unilever Indonesia Kempis Jadi Rp1,69 Triliun
Pembatasan mobilitas yang masih diberlakukan sepanjang kuartal I 2021 membuat kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk masih terkoreksi. Penjualan bersih emiten berkode UNVR ini pada kuartal I terkoreksi 7,8% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Korporasi
JAKARTA – Pembatasan mobilitas yang masih diberlakukan sepanjang kuartal I 2021 membuat kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk masih terkoreksi. Penjualan bersih emiten berkode UNVR ini pada kuartal I terkoreksi 7,8% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Penjualan bersih perusahaan merosot dari Rp11,15 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp10,28 triliun pada kuartal I 2021. Kendati demikian, laba perusahaan tidak jatuh terlalu dalam berkat adanya penurunan harga pokok penjualan dari Rp5,30 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp4,88 triliun pada kuartal I 2021.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
UNVR membukukan penurunan tipis laba usaha menjadi Rp2,2 triliun dari sebelumnya Rp2,38 triliun pada kuartal I 2020. Adapun biaya keuangan dan pajak penghasilan yang harus dikeluarkan perusahaan masing-masing sebesar Rp46,2 miliar dan Rp481,78 miliar.
Maka, laba UNVR pun terkoreksi 8,83% yoy dari Rp1,86 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp1,69 triliun pada kuartal I 2021. Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti menjelaskan, industri konsumen terus mengalami perlambatan seiring perluasan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.
“Pasca liburan tahun baru 2021 kenaikan kasus COVID-19 berdampak pada pemberlakuan kembali pembatasan pergerakan, menyebabkan pertumbuhan pasar industri konsumen masih terus mengalami perlambatan,” kata Ira dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 30 April 2021.
Secara beriringan, earning per share (EPS) atau laba per saham UNVR terpeleset jadi Rp45 dari sebelumnya Rp49 per lembar saham pada kuartal I 2020.
Di sisi lain, perusahaan rupanya mampu mengurangi liabilitas. Secara kuartalan, jumlah liabilitas UNVR susut dari Rp15,59 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp15,08 triliun pada kuartal I 2021.
Adapun ekuitas perusahaan yang terkerek naik dari Rp4,93 triliun pada kuartal akhir 2020 menjadi Rp6,56 triliun pada kuartal I 2021. Maka, debt to equity ratio (DER) perusahaan sudah berada di posisi 2,2 kali. Itu artinya, liabilitas perusahaan sudah dua kali lebih banyak ketimbang modal bersih yang dimiliki.
Aset perusahaan rupanya berhasil naik secara kuartalan. Jumlah aset UNVR naik dari Rp20,53 triliun pada kuartal IV 2020 menjadi Rp21,64 pada kuartal I 2021.
Membidik Strategi Anyar
Ira mengatakan Unilever tengah menjajal strategi baru demi memperbaiki kinerja keuangan. Menurut Ira, peluang baru yang prospektif nampak dari produk penunjang kesehatan dan produk muslim.
Oleh karena itu, UNVR melancarkan inovasi dengan memenuhi preferensi konsumen lewat produk kesehatan gigi seperti Pepsodent Sensitive Mineral Expert, produk minuman Buavita 100% Vitamin C, hingga menunjang kebutuhan bayi melalui Zwitsal Hypoallergenic Formulation.
Sementara itu, Unilever Indonesia mendapatkan restu dari induk perusahaan global untuk mengembangkan produk konsumen muslim lewat Unilever Muslim Centre of Excellence (MCOE). Ira mengatakan, inovasi ini bisa mendongkrak kinerja Unilever, terutama bagi konsumen muslim.
“Tahun 2021 juga diharapkan menjadi tahun pemulihan. Dengan mengandalkan inovasi tepat sasaran dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang, kami optimis dapat mengatasi berbagai tantangan dan siap menyambut dengan maksimal begitu momentum pemulihan ekonomi tiba,” terang Ira.