Modal Perusahaan yang Pernah Dipimpin Anindya Bakrie Ini Minus Rp5,93 Triliun
- Jumlah aset BTEL hanya 0,99% dari total kewajiban atau liabilitas perusahaan.
Korporasi
JAKARTA – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), perusahaan yang pernah dinahkodai Anindya Novyan Bakrie ini terus memperbesar defisiensi modal menjadi Rp5,93 triliun.
Jumlah defisit modal bertambah Rp54,49 miliar dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2023 sebesar Rp5,88 triliun. Kondisi ini terjadi sebab perusahaan penyedia layanan telekomunikasi milik Grup Bakrie ini memiliki liabilitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan aset yang dimiliki.
Mengacu laporan keuangan kuartal III-2024, jumlah liabilitas yang ditanggung BTEL mencapai Rp5,99 triliun, naik dari akhir Desember 2023 senilai Rp5,94 triliun. Padahal, total aset yang dipunya BTEL hanya Rp59,82 miliar pada akhir September 2024.
Baca Juga: Alhamdulillah, Bakrie Telko Bayar Kominfo Rp500 Miliar
Nilai aset tersebut justru terkikis dibandingkan dengan nilai pada akhir Desember 2024 Rp60,27 miliar. Itu artinya, jumlah aset BTEL hanya 0,99% dari total kewajiban atau liabilitas perusahaan.
Dilihat dari komposisinya, beban terbesar BTEL adalah utang yang diselesaikan melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yakni Rp5,08 triliun per 30 September 2024. BTEL mengatakan, utang yang diselesaikan melalui PKPU sebagian akan diselesaikan melalui penerbitan Mandatory Convertible Bond.
Menurut catatan 37 laporan keuangan, apabila BTEL tidak mampu melaksanakan pembayaran porsi utang yang diselesaikan melalui PKPU sejumlah tersebut, maka di tahun 2026 utang pokok sejumlah Rp9,89 Triliun akan dikonversi menjadi kepemilikan kreditur di saham perusahaan.
Baca Juga: Siasat Bakrie Telecom Bayar Utang Rp9,67 Triliun
Kendati begitu, BTEL terekam melakukan sejumlah perbaikan. Misalnya, pendapatan usaha tercatat melambung 129,16% menjadi Rp98,51 miliar dari setahun yang lalu Rp42,98 miliar.
Kontributor pendapatan adalah segmen layanan infrastruktur media sebanyak Rp83,69 miliar. Lalu, jasa periklanan digital menyumbang Rp7,34 miliar, jasa telekomunikasi Rp4,10 miliar, dan jasa teknologi informasi Rp3,37 miliar.
Alhasil, kerugian bersih pada kuartal III-2024 bisa dikurangi menjadi Rp61,06 miliar dari posisi periode yang sama tahun lalu Rp85,11 miliar.
Adapun kas dan setara kas yang dimiliki perseroan per 30 September 2024 menebal jadi Rp2,71 miliar dari 30 September 2023 Rp1,11 miliar.