Modal Tebal, Citi Indonesia Siap Terjang Ancaman Resesi 2023
- Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menilai ancaman resesi seperti yang diprediksikan IMF tidak akan berdampak pada bisnis perusahaan tahun depan. Hal ini lantaran perusahaan memiliki kecukupan modal yang cukup sebagaimana diarahkan regulator, sehingga bisa kebal resesi.
Industri
JAKARTA - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) menilai ancaman resesi seperti yang diprediksikan IMF tidak akan berdampak pada bisnis perusahaan tahun depan. Hal ini lantaran perusahaan memiliki kecukupan modal yang cukup sebagaimana diarahkan regulator, sehingga bisa kebal resesi.
Chief Executive Officer, Citi Indonesia, Batara Sianturi mengatakan perseroan memiliki basis modal yang kuat, sebesar Rp15,9 triliun per kuartal III-2022. Dengan modal tersebut, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 28%, jauh di atas ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 8%.
“Kami akan terus menjaga kecukupan modal sebagaimana yang diharuskan oleh OJK. Kami juga berkomitmen untuk mengembangkan bisnis kami dan menjaga semua limit atau rasio yang berkaitan dengan modal kami,” kata dia kepada TrenAsia.com, Rabu, 16 November 2022.
- Liverpool FC Dilirik Konglomerat India Mukesh Ambani, Berapa Kekayaanya?
- INA Gandeng CATL dan CMBI Sepakati Green Fund Kendaraan Listrik Senilai Rp31,1 Triliun
- SKK Migas Kejar 1 Juta Barel, Target Investasi Capai Rp2,4 Kuadriliun
Ditambahkan Batara, perusahaan terus memastikan kecukupan pencadangan kerugian penurunan nilai kredit, dengan pencapaian rasio net NPL yang lebih rendah dari 0,94% menjadi 0,31% di periode yang sama tahun lalu. Kami yakin bahwa kualitas portofolio kredit kami tetap dalam kondisi baik dengan penerapan asas kehati-hatian dalam manajemen risiko untuk mengatasi dampak dari pandemi.
“Kami juga terus fokus mengembangkan lini bisnis Institutional Clients Group, dengan menyediakan layanan dan solusi end-to-end kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik,” tambah Batara.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara menilai profitabilitas perbankan Indonesia sangat baik sepanjang tahun 2021 dan tahun 2022. Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia berada di level 4,8% per September 2022, dibanding Singapura misalnya yang hanya 1%. Itulah mengapa masih banyak investor asing yang mengincar bank di Indonesia.
“Tentu lebih baik kita berhati-hati (prudent) dalam mengelola lembaga keuangan. Ada baiknya profitability itu dipakai untuk memupuk cadangan yang lebih banyak. Dalam situasi sedang baik seperti sekarang, memang bankir yang prudent itu biasanya akan memakai laba untuk pencadangan yang lebih baik,” kata Mirza
Mirza juga meminta lembaga keuangan maupun emiten tetap berjaga-jaga dan berhati-hati di tengan kenaikkan suku bunga di berbagai belahan dunia dan strong dollar (penguatan dolar AS terhadap berbagai mata uang) saat ini.
Khusus bagi perusahaan taua debitur yang memiliki pinjaman dari luar negeri, penggunaannya sebaiknya hanya untuk yang memiliki revenue valas agar risikonya tetap terkendali, misalnya seperti emiten tambang maupun yang berorientasi ekspor.